"Dok, anakku demam hilang timbul, batuk, pilek, sudah ke dokter umum di 'X' tidak ada perubahan, obatnya dikasih 'A,B,C' ada sirup dan  racikan. Tes darahnya tidak ada tifus dan demam berdarah..."Itu  pertanyaan teman di komunitas Kompasianer Palembang yang punya anak  lelaki usia belum 2 tahun melalui 'Whatsapp'.
"Masih mau makan? Demamnya tidak sampai kejang? Napasnya cepat tidak? Ujung tangan dan kakinya dingin tidak?"Tanya saya.
Si  teman pun mejawab beberapa kondisi si anak yang menurut saya cukup  stabil dan bisa dikasih saran via 'WA' apalagi sudah diperiksa dokter  sebelumnya, namun masih belum cocok obatnya.
"Kasih obat 'A dan  C', yang 'B' dihentikan, lalu pergi ke apotik yang ada apoteker  'standby'-nya, beli obat 'D'. Mudah-mudahan ada perbaikan, kalau masih  ada keluhan 2 hari kemudian, harus ke dokter spesialis anak.."Pesan saya  di 'WA'.
Keesokan harinya malam, dia melapor kondisi anaknya  perbaikan dan sudah segar lagi. Syukurlah, saya sarankan semua obat  dihabiskan, apalagi antibiotik 'A', untuk mencegah resistensi obat.
Kasus  kedua masih keluarga bertanya juga 'via WA' kalau bapaknya pingsan di  kamar mandi baru 10 menit lalu, sampai saat ini masih tidak sadar. Di  rumahnya ada 'segepok' obat yang biasa dimakan ada 9 jenis, apa yang  harus dikasih saat itu?
"Maaf, Lae. Harus dibawa ke UGD (Unit  Gawat Darurat) terdekat, dipasang oksigen, dikasih infus, direkam  jantung, periksa darah dan bila perlu di 'CT-Sacan' otaknya apakah ada  'stroke'..."Jawab saya.
"Masih repot Lae. Kasih tahu saja obatnya dahulu..."Jawabnya lagi.
Saya  hanya menyatakan tidak bisa membantu kali ini kecuali menegaskan harus  bersedia repot-repotan ke UGD, titik tanpa koma. Mengapa? Jawaban saya  di 'WA' adalah dokumentasi tertulis yang dapat saja menjadi bumerang  kalau ternyata si bapak ada apa-apa yang fatal dan si anak merasa saya sebagai dokter sudah memberikan konsultasi yang 'gagal' menolong  bapaknya. Dapat saja dijadikan tuntutan, padahal saya sebenarnya tidak bertemu dengan si pasien dan memeriksanya, hanya kasih saran di gawai tetapi saran itu dianggap salah prosedur, misalnya oleh pengacara keluarga.
Walaupun tehnologi sedemikian majunya di bidang 'gadget'  atau bahasa Indonesianya gawai, tetapi tetap harus diingat masalah  kesehatan ada yang tidak 'tergawaikan' sampai saat ini. Beberapa kondisi  yang harus ke dokter konvensional sampai saat ini antara lain:
1. Jika kesadaran berubah, misalnya pingsan, jadi mengamuk, lupa nama-tempat-orang.