Pecinta musik Palembang akan dimanja oleh lagu-lagu romantis 'Michael Learns to Rock' (MLTR) pada 6 Oktober 2017 mendatang di Palembang Sport and Convention Centre (PSCC). Band poprock asal Denmark yang dibentuk tahun 1988 itu akan melakukan 'tour' promosi album terbarunya di Asia dalam rangkaian 'Eternal Asia Tour 2017'.
Grup ini berawak 3 orang yaitu Jascha Richter (vokal/keyboard), Mikkel Lentz (gitar) dan Kare Wanscher (drum), usianya sudah tidak muda lagi, dimana sang vokalis sudah 53 tahun dan yang termuda 48 tahun, namun bagi para penggemarnya, lagu-lagu MLTR sangat membekas di era tahun 90-an, dimana lagu-lagu melankolis romantis dalam negeri pun diwarnai grup musik Dewa 19, Padi dan lain sebagainya.
Harga tiket? Relatif terjangkau untuk pangsa pasarnya kaum usia 40 tahunan yang rata-rata sudah berpenghasilan menetap dan sudah ada di puncak-puncak karirnya, yaitu termurah 350 ribu rupiah di kelas festival dan termahal kelas diamod di 1.750.000 rupiah.
Pertanyaan menarik, mengapa di Palembang? Kalau analisis saya ada beberapa alasan:
1. Di bulan Oktober 2017, kabarnya Justin Bieber akan menggoyang Jakarta, jadi ada kemungkinan rombongan MLTR akan kalah pamor dan walaupun usia penggemarnya relatif beda, tetapi mungkin saja uang bapak ibunya yang mau nonton MLTR harus mengalah dipakai anak-anak remajanya yang mau nonton penyanyi Canada itu.
2. Salah satu promotor tur MLTR ini adalah kelahiran Sumatera Selatan.
3. Karena Palembang salah satu tuan rumah ASIAN GAMES 2018, maka kota ini mulai terpantau oleh dunia internasional.
4. Sebelum ke Palembang, jadwalnya grup ini 'show' ke Singapura dahulu, jadi lebih dekat penerbangannya hanya 1 jam.
5. Kemungkinan terakhir, ada anggota MLTR sudah melihat tutorial membuat pempek Palembang dari Kompasianer bu Tika yang disiarkan KOMPAL di Youtube, jadi mereka pun ingin mencicipin pempek Palembang dan mungkin juga mencoba sendiri membuatnya, hehehehe.
Ya, itu beberapa analisis saya, tetapi yang penting, Palembang harus siap kedatangan wisatawan musik selain wisatawan olahraga kalau memang sering diadakan konser musik tingkat dunia di kota ini dan sesekali orang Jakarta, Yogyakarta dan Bandung ke Palembang untuk menonton musik jangan orang Palembang melulu kesana untuk melakukan hal yang sama. Katanya harus pemerataan pembangunan, harus pemerataan konser juga, kan?