"Ibu ini sakit jantung koroner, disertai gagal jantung, seharusnya di rumah ada persiapan tabung oksigen dan kursi roda, kalau ibu sesak jalan ke kamar mandi sendiri ada yang mendorongnya ke kamar mandi dan kalau sesak coba pakai oksigen dahulu setengah jam, setelahnya masih sesak segera bawa ke rumah sakit."Kata saya saat memberi penyuluhan pasien usia 60-an tahun dengan nyeri dada kiri dan sesak saat tidur.
"Kursi roda sudah ada. Oksigen sedang dibeli, dok. Untuk makanannya sudah diberi penyuluhan gizi tadi oleh mbak ahli gizi yang rendah kolesterol. Ada saran lagi, dok?"Tanya si anak yang paling sering menunggu si ibu. Sepertinya si anak inilah yang akan menjadi 'babysitter' orang tuanya.
"Ini mau bulan puasa, di sekitar rumah ibu banyak enggak yang suka main petasan?"Tanya saya serius.
"Banyak, dok. Rumah kami di perkampungan, anak-anak bahkan orang tua pun suka sekali menyalakan petasan dan kembang api yang suaranya meledak-ledak."Keluhnya.
"Nah, ibu ini siapkan juga 'earmuffs' (penutup telinga), ya. Bunyi petasan setiap tahun selalu menjadi pencetus serangan jantung. Apalagi pendengaran ibu ini masih sangat bagus untuk seusianya. Pasti akan terkaget-kaget dengar bunyi menggelegar."Â
Si anak pun menyanggupi menyiapkan alat penutup telinga tersebut.
Suara petasan, seolah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari bulan puasa, dimana para penjualnya bermunculan secara musiman. Bunyi menggelegar dari petasan mengganggu pasien dengan sumbatan koroner melalui beberapa cara:
1. Membuat emosi penderita tidak stabil. Rasa terkejut berulang-ulang membuat penderita jengkel dan marah, membuat saraf simpatisnya aktif dan jantung tambah menyempit pembuluh darahnya.
2. Membuat penderita susah tidur, karena petasan biasanya dinyalakan saat buka sampai sahur, dimana penderita memerlukan tidur.
3. Mengganggu langsung gendang telinga, lalu berujung ke saraf telinga dan bisa saja membuat pusing akibat vertigo.
Menyiapkan 'earmuffs' yang kedap sangat membantu menghindari serangan jantung ulangan saat bulan puasa dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Walaupun si ibu memakai BPJS Kesehatan, namun waktu keluarga untuk menjaga si pasien, makanannya saat menjaga dan banyaknya urusan lain yang terganggu saat si sakit diopname juga dapat dihitung sebagai pengorbanan moril dan materiil yang seharusnya dapat dihindarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H