"Saya mau ketemu dokter, kenapa bapak saya dirontgen lagi, padahal baru minggu lalu dirontgen di rumah sakit lain dan dibilang normal."Â Begitu protes salah satu pasien usia 60 tahunan dengan sesak napas dan batuk berdarah. Pasien ini pernah terdiagnosis tuberkuloasis (TBC) 5 tahun yang lalu dan sudah selesai makan obatnya 6 bulan dan dinyatakan sembuh.
Perawat jaga pun menelepon saya dan saya pun datang ke bangsal untuk menjelaskan langsung, karena sepertinya si anak ini orang berpendidikan yang sedikit-sedikit mengerti tentang bahaya radiasi.
"Saya sudah lihat rontgen minggu lalu dari rumah sakit lain, terus terang kualitasnya kurang baik, dan kesan yang dibuat adalah normal toraks, padahal saya mendengar suara berisik yang jelas di paru-paru bapaknya. Nah, kebetulan rontgen yang tadi pagi sudah dibaca oleh dokter radiologis dan hasilnya memang ada gambaran TBC aktif lagi," jawab saya sambil menerangkan corak TBC di paru-paru kanan bawah pasien.
"Soal radiasinya, dok?" tanyanya penasaran.
"Untuk reontgen dada melihat paru-paru, kekuatan sinarnya 3,2 mili ampere second (mAs), itu dosis terendah yang dipakai dengan alat ronsen di rumah sakit kami. Kalau untuk tulang belakang, baru pakai 8 mAs, itu baru yang agak berbahaya. Jadi, kalau memang sangat diperlukan, rontgen ulang dapat diperbolehkan," jawab saya.
Beberapa tindakan seperti pembuangan cairan di pembungkus paru-paru (aspirasi cairan pleura), pemasangan selang menetap untuk membuang nanah, darah atau udara yang disebut WSD (water shield drainage), bahkan memerlukan rontgen ulang kelang satu hari untuk melihat keberhasilan terapi.
Memang, kalau tidak terlalu dibutuhkan, sebaiknya rontgen dada dilakukan hanya beberapa kali saja seumur hidup, ada yang bilang 7 kali ada yang beranggapan 1 kali setahun seperti saat medical check up. Tetapi kalau sangat perlu, maka radiasinya yang setara 3,2 mAs mudah-mudahan mampu diatasi oleh tubuh untuk dinetralisir.
Keesokan harinya, saat pemeriksaan dahak, maka didapatkan juga ada positif kuman TBC dan si pasien harus menjalani pengobatan TBC kambuh lebih lama, yaitu 9 bulan, kalau gagal bisa lanjut setahun lebih dan kalau TBCnya jenis resisten, maka harus makan obat TBC 2 jenis yang utama seumur hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H