"Itu tuh bekas suntikannya masih ada, dok. Sudah sepuluh hari bisulnya tambah besar saja dan istri saya demam." Kata suami si ibu pasien 30 tahunan sambil menunjuk bekas suntik KB (keluarga berencana) oleh bidan setempat dua minggu sebelumnya.
"Ini gula darah ibunya tinggi. Apakah ada riwayat sakit dibetes sebelumnya? Atau kedua orang tuanya?"Tanya saya. Gulanya ternyata mendekati 300 mg/dL dan suaminya tidak tahu ada riwayat gula sebelumnya.
"Jadi sakit gulanya karena suntik KB kemarin juga, ya?" Si bapak seperti mau emosi dan mau menyalahkan si penyuntik.
"Belum tentu, pak. Suntik KB memang ada kemungkinan membuat tubuh ibu tambah gemuk, tambah banyak makan dan kalau ada 'bakat' diabetes, mungkin langsung jadi." Jawab saya. Soal infeksi di bekas suntikan mungkin saja terjadi kalau gula darah tinggi, gula yang segitu memang mengundang kuman masuk.
"Jadi tidak boleh ada luka sekecil apapun ya, dok?"Katanya.
Sayapun menyarankan hati-hati kalau ada lecet di kaki, pakai baju terlalu sempit dan perhiasan, jam yang terlalu ketat, karena bisa saja menjadi pintu kuman masuk.
Si ibu ini rencananya nanah di bisulnya akan dibuang dan diberi antibiotik injeksi yang cakupan kumannya luas. Biaya operasinya lumayan dan harus dari dana pribadi karena si suami tidak ikut asuransi.
Mungkin biaya yang besar ini membuat si suami marah-marah dan mengadukan si bidan ke kepala desa. Saya tidak mau terlibat sampai disitu, hanya menjelaskan kemungkinan diabetesnya karena apa dan infeksinya terjadi karena ada luka dan gula yang tinggi.
Pelajaran yang dapat diambil, mungkin jangan anggap remeh suntik-menyuntik, terutama suntik KB, kalau si ibu gemuk, coba periksa gula darahnya. Bila si ibu ada diabetes, maka sebaiknya pilih cara KB non hormonal, bahkan kalau perlu yang KB si bapak saja, ibu yang ada DM tidak usah disuruh repot mikirin KB lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H