Lukas Siahaan anakku usianya 5 tahun dan TK besar, hampir kelas 1, untuk pekerjaan rumah (PR) yang dikumpulkan besok, ibu gurunya menulis soal begini:
Isilah titik-titik dibawah ini dengan menggunakan kata tanya (kapan, berapa)!
1. ..............kita berangkat ke Bali? Hari Sabtu.
2................banyak jeruk yang kau makan? 3 buah.
3................banyak telur yang dipecahkan adik? 5 butir.
Dan seterusnya sampai 6 pertanyaan.Â
"Tanda tangani papa...."Katanya sambil menunjukkan PR-nya yang masih banyak salah, ada yang seharusnya kapan dijawab berapa dan ada yang seharusnya berapa dijawab kapan, serta ada juga yang tepat.
"Benarin dulu, Lukas sudah mengerti tidak apa yang dibaca?"Tanya Saya.
"Belum mengerti, Papa..."Katanya.
Lalu Saya pun memberikan pengertian kapan itu apa, itu pertanyaan untuk waktu dan berapa, itu pertanyaan untuk jumlah, lalu setiap kalimat soal itu dia Saya tanyakan apakah itu sesuai untuk waktu atau jumlah dan selanjutnya diapun menghapus yang salah dan membenarkannya. Barulah Saya tanda tangani PR-nya.
Debat PIlgup DKI Jakarta yang terbaru kemarin seperti melihat anak-anak TK 'Besar Sekali, Deh' yang membaca PR Kota Jakarta dan berusaha menjawabnya, lalu meminta warga DKI sebagai 'Bapak' atau 'Tuan' untuk menyetujui hasil jawabannya.