Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Usia di Atas 40 Tahun dan Mual-mual, Periksalah Gula Darah dan Rekam Jantung

4 Oktober 2016   02:50 Diperbarui: 4 Oktober 2016   12:15 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Harus diperiksa semua ya, Dok?" tanya kepala ruangan saat menemani visite pasien-pasien yang dirawat di ruangannya. Kebetulan ada yang masuk ke rumah sakit dengan keluhan mual dan muntah hebat, kepalanya pusing. Tidak ada riwayat kencing manis sebelumnya karena belum pernah cek darah sampai umur 40-an akhir dan mengaku petani yang sehat dan tidak pernah sakit, merokok kuat dan minum kopi juga kuat.

"Kalau di buku, tidak disebutkan wajib, tetapi pengalaman saya, kalau usia di atas 40 dan selama ini sehat-sehat saja, tidak ada riwayat sakit apa pun, tiba-tiba ada gejala seperti tadi, gula darahnya, rekam jantungnya atau keduanya besar kemungkinan ada masalah," jawab saya. Itu namanya pengalaman klinis, bukan penelitian resmi. Namun, kalau saya mau buat penelitian juga memungkinkan, namanya retrospective study, di mana semua pasien dengan kriteria di atas 40 tahun dan dengan keluhan utama mual-muntah, berapa persen yang ekg, gula darahnya tinggi, lalu dibandingkan yang positif dan negatif secara statistik.

Dan untuk pasien yang ini, kebetulan gula darahnya di atas 400 dan rekam jantungnya menunjukkan ada 'infark' (kematian sel-sel jantung akibat kekurangan oksigen yang lama) dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan enzim jantung, ternyata ada peningkatan lebih dua kali normal.

EKG ,elektrokardiografi (dokumentasi pribadi)
EKG ,elektrokardiografi (dokumentasi pribadi)
Serangan jantung yang mirip maag ini biasanya menyerang jantung bagian bawah (inferior iskemik atau inferior infark) yang sangat dekat lambung. Jadi, rasa nyerinya dialihkan ke gejala-gejala saluran cerna, bukan nyeri dada kiri seperti biasa. Pasien biasanya malah memegangi perut seperti mulas, padahal jantungnya yang sangat butuh pertolongan segera.

Kalau dokter yang menangani kurang jeli memeriksa rekam jantung dan gula darah, memberikan si pasien hanya obat lambung dan diijinkan pulang, bukan tidak mungkin si pasien akan meninggal di jalan atau segera setelah tiba di rumah.

"Pasiennya, kirim ke ICU (intensive Care Unit) supaya kita bisa memberi obat pengencer darah yang optimal dan kalau ada nyeri dada hebat atau henti jantung maka perawatnya lebih cepat memberi pertolongan." Dan pasien pun dipindahkan ke sana selama tiga hari, lalu hari ke-5 pulang dengan nasihat jangan capek dulu, atur pola makan, berhenti merokok dan kalau sudah terkontrol nanti, lakukan olahraga ringan.

Pasien-pasien seperti ini kalau nanti pulang harus "ditakut-takuti" untuk lebih peduli akan jantungnya karena serangan kedua atau ketiga dari serangan jantung seperti ini biasanya lebih fatal dan harus selalu tersedia obat-obat yang dapat memperbaiki pembuluh darah jantung yang diletakkan di bawah lidah.

Jadi, jangan menganggap remeh semua nyeri perut sebagai maag dan hanya makan obat pereda asam lambung, terutama usia lebih 40 tahun dan ada gejala diabetes melitus.

Kompal
Kompal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun