"Test DNA saja, selesai....." tantang Ayo Teduh pada anak yang dianggapnya bukan anak kandung, karena mantan istrinya menyebutnya demikian sebelum bercerai. Si Ano Kisar adalah anak dari pria lain.
Perdebatan di televisi itu menjadi tontonan yang paling laris, walau hanya berkisar 1 jam, diselingi iklan per 15 menit dan ternyata membuat tayangan sinetron 'Sidang Teh Bersianida' yang sudah memasuki epiisode ke-34 jadi sepi pemirsa dan anjlok ratingnya. Konon minggu depan 'Sidang Teh Bersianida' langsung akan memutuskan vonis karena iklannya anjlok dan semua stasiun televisi berebutan menayangkan bakal persidangan ayah-anak yang lebih menarik. Jadi stasiun TV memutuskan untuk tidak melanjutkan penayangan sidang terheboh bulan lalu di Negeri Gemah Ripah dan hakim pun terpaksa harus mempercepat pembacaan vonis, karena sidang ini sudah dianggap basi.
"Saya harus pertimbangkan dahulu tes DNA begini di dalam negeri Gemah Ripah, karena Bapak Ayo Teduh punya banyak penggemar yang mengagumi kata-kata dan nasihat bijak bapak. Tidak menutup kemungkinan para pemeriksa darah menukar darah salah satu dari antara kami dengan darah orang lain supaya hasilnya negatif," bantah Si Mantan Anak (kok bisa ada istilah 'mantan anak', ya?)
"Jangan menuduh sembarangan para petugas laboratorium dan warga di negeri Gemah Ripah Lohjinawi ini. Masih banyak orang jujur yang walaupun mengagumi saya, tetapi tetap memegang teguh profesionalismenya," Ayo Teduh memandang si anak dengan geram, tetapi tetap teduh.
"Test DNA di negeri tetangga saja. Biar fair!" tantang si anak seperti emosi. Tidak ada keteduhan di sana, membuat sebagian besar pemirsa di rumah dan studio semakin percaya, itu bukan sifat-sifat Sang Bapak.
"Begini....Saya...." Ayo Teduh mau melanjutkan usulnya, sementara Ano Kisar anak Si Mantan Istri sudah dipegangi dua satpam studio.
"Maaf, Pak Ayo Teduh, sebelum usulannya dilanjutkan, saya harus potong dahulu, karena akan ada pesan-pesan berikut ini...." ujar Sang Host acara Didi Kobuci memutus percakapan. Setelah itu, tayangan iklan lima menit pun berseliweran bak kereta 'MRT' yang terpaksa ditonton, karena sewaktu-waktu kisah Sang Inspirator (yang mulai diragukan kebijaksanaan hatinya akibat tuntutan sang mantan anak yang menggugat) akan dilanjutkan kembali.
Talkshow pun akhirnya berakhir tanpa keputusan yang jelas dan memang selalu dibiarkan menggantung. Itu semua karena televisi butuh kisah. Dilanjutkan dengan laporan investigasi ke lapangan dengan beberapa tokoh yang terlibat dalam kisruh ini. Lagi-lagi semuanya dibuat menggantung, tak tuntas, karena kepenasaranan pemirsalah yang dimanfaatkan.
"Hanya test DNA jawabannya..." harap Ayo Teduh pada produser acara. Ia berharap supaya semua cepat selesai.
"Iya, tapi bisakah kita tunda minimal 2 bulan lagi, Pak? Rating kami lagi naik gila-gilaan ini, hehehe..." Si Produser cekikikan.
"Diatur ajalah mas. Siapa tahu setelah 2 bulan ini saya bisa punya acara sendiri, menyaingi acara Mantan Bapak Saya, judulnya: 'The DNA Way'," dia tertawa, tidak lagi marah-marah.
Demikianlah kisah penayangan televisi di negeri Gemah Ripah Lohjinawi, ketika sinetron fiksi sudah dianggap program merugi, maka kasus-kasus nyata yang melibatkan tokoh-tokoh terkenal atau kasus yang unik dirancang menjadi sebuah tontonan yang memikat. Arah cerita tidak diatur, karena memang masalahnya adalah nyata, tetapi diaturlah supaya penyelesaiannya rumit dan panjang, serta diulur-ulur demi mengejar iklan.
Beberapa tokoh di program reality show itu yang pasti akan menderita karena penguluran penyelesaian ini, tetapi tokoh kunci lain sudah dibayar untuk membuat masalah tidak cepat selesai dan minimal 2 bulan akan terus dibahas.
Sampai kapan?
Hanya sampai ada berita baru yang lebih sexy atau kisah ini sudah turun rating atau kalau salah satu pelaku di kisah itu yang ngelunjak minta bayaran kelewat mahal dan tidak sesuai lagi dengan pemasukan iklan.
Dan ketika pemirsa tetap menekan tombol remote televisinya untuk kisah-kisah yang dipanjang-panjangkan tali kelambu ini, maka tayangan seperti ini akan tetap ada. Because this is the commercial way....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H