Rekoleksi karyawan-karyawati di Rumah Sakit Myria merupakan program yang wajib diikuti oleh semua pegawai tetap yang sudah diangkat, ini sejenis kegiatan kembali ke alam, kembali ke hal-hal yang bersifat psikososial dan karena karyawan rumah sakit kami tidak semuanya beragama Katholik, maka pendekatannya berbeda dengan yang beragama non Katholik.
Sejak tanggal 18,19 dan 20 Agustus lalu di sebuah padepokan pelatihan bernama Wisma Podomoro di desa Sukomoro yang jauhnya 18 kilometer dari kota Palembang, diadakanlah kegiatan ini. Narasumbernya seorang Pastur, Romo Ferry dari Bandung, namun dia bukan berbicara soal keagamaan, namun tentang lingkungan dan cara bahagia dengan kesederhanaan. Kebetulan beliau pimpinan 'Echo-Camp' di Bandung yang sering mengadakan acara pelatihan mencintai alam, mencintai lingkungan dan kedisiplinan untuk anak-anak sekolah SD-SMA.
Selama 7 jam Romo Ferry mengingatkan kembali peserta dengan video-video dari berbagai media sosial atau siaran televisi, tentang bahayanya plastik yang sulit terurai dalam beberapa generasi, tentang bahayanya gas karbon yang di dunia ini sudah melewati batas 400. Karbon yang bertumpuk di udara inilah yang membuat bumi semakin panas dan pernah di sebuah tempat di Pakistan suhu siang hari sampai diatas 50 derajad celcius.
Selanjutnya dibahas tentang penggundulan hutan, perkebunan sawit yang sangat rakus air, sampai juga dibahas tentang mengurangi makan daging untuk berhemat dan berbagi, selanjutnya dibahas juga bagaimana menghemat air, menghemat sabun, pasta gigi dan shampo.
Selain memberi masukan dan membahas video, kami juga disuruh memerankan sebuah drama dengan teman di sebelah kami, salah satu menjadi cucu usia 15 tahun di tahun 2045, saat itu polusi sudah parah, konsentrasi gas karbon sudah lewat 450 satuan, lalu salah satu lagi menjadi kakek usia 75 tahun yang pernah mengalami sungai yang masih bersih, lalu juga mengalami bumi yang sudah menurun kwalitasnya dan juga akhirnya saat bumi sudah sakit parah. Si cucu disuruh bertanya sama kakek apa kenangannya dan apa saja yang dilakukan si kakek saat bumi mulai menurun kwalitasnya.
Kebetulan saya bersebelahan dengan dokter anak cantik dr. Salma SpA, M.Kes dan mengaku sama si cucu, saat semua orang sibuk memunguti sampah, saya sibuk memunguti 'POKEMON' dan si cucu pun marah-marah akibat kurang pedulinya si kakek (ompung) dan si kakek pun minta maaf.
Sang narasumber pun menceritakan bahwa hidup sederhana dan hemat, membuat karyawannya di 'Echo Camp' yang tadinya selalu kekurangan uang, menjadi bisa menabung dan membantu karyawan lain yang gajinya lebih kecil."Kalau semua gaji kalian naik 10 kali, mau?"Tanyanya....Banyak karyawan bilang mau, tetapi dia bilang naik gaji sebulan, bulan depannya rumah sakit tutup, apa ada yang mau? Semua tersenyum kecut.
Terakhir, menjelang pukul 15.00, kami disuruh berjalan-jalan di ruangan, kadang tergesa, kadang pelan, lalu berhenti dan disuruh mencari orang yang terdekat saat itu, lalu berjalan lagi berhenti, mencari orang yang paling akrab, lalu terakhir mencari orang yang paling dibenci. Pertanyaannya saat berhenti kurang lebih sama: apakah anda mau lebih mengenalnya? apakah mau memaafkannya bila ada kesalahan atau perselisihan, apakah mau bekerja sama dengannya?
Ya, itu tadi sekedar pengalaman ikut rekoleksi, 7 jam tidak pegang pasien dan belajar hal-hal yang sederhana, membumi dan belajar peduli, dengan beberapa janji untuk menyelamatkan ibu pertiwi yang sakit, yaitu:
1. Kurangi memakai plastik.
2. Hemat air.
3. Hemat Listrik
4. Hemat bensin.
5. Hemat makan, kurangi makan daging
6. Hidup sederhana.
7. Buang sampah pada tempatnya dan dipilah
Ada yang mau ikut berkomitmen? Yuuuuukkkk....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H