"Nyeri, gatal sekali dan panas di kedua telapak tangan saya, dok." Kata pasien 50-an tahun yang rutin berobat diabetes melitus setahun terakhir.
"Ini kulitnya merah dan ada sisik-sisiknya, padahal gula darah ibu sudah dibawah 140 mg/dl, jadi mungkin saja saraf-saraf tepinya terjadi penurunan fungsinya, tetapi adanya alergi karena kontak sesuatu cairan yang agak 'keras' adalah penyebab utamanya. Ibu nyuci pakaian sendiri, ya?"Tanya saya.
"Iya, dok. Anak-anak saya laki-laki semua. Sibuk kerja, lagi pula pakaiannya sepulang kerja kotor-kotor sekali."Keluhnya.
"Tidak ada pembantu?"
"Saya memutuskan mengerjakan semua sendiri. Karena sesekali suami saya dan anak-anak juga membantu."Jawabnya.
"Belum ada menantu, bu. Yang bisa bantuin cuci dan gosok?"Tanya saya lagi penasaran.
"Anak saya belum ada yang nikah, dok. Lagipula mana ada menantu jaman sekarang mau mencucigosokkan pakaian mertua dan keluarga lainnya. Biasanya malah minta dicariin pembantu."Nah,lho...
"Ya, buat audisi saja, bu. Cari menantu yang 'hobby' mencuci baju.." Canda saya.
"Ah, dokter ada-ada saja.."Akhirnya si pasien yang sedari tadi merengut, mau juga tertawa.
Nah, ini bisa kemungkinan dermatitis alergi, akibat kontak lama dan berulang-ulang dengan deterjen. Terapinya selain anti alergi, juga disarankan memakai sarung tangan kalau merendam kain yang kedap air. Sedikit repot, tetapi mencegah kerusakan kulit lebih jauh.
Namun sebaiknya anak-anak yang sudah dewasa, memperhatikan kesehatan orang tuanya, menanyakan keluhannya dan mencari 'solusi' terbaik untuk mengatasinya, sebelum si orang tua sakit parah. Kalau masalahnya di menyuci, gantikanlah tugasnya menyuci atau cucilah 'kiloan' yang praktis.
Apalagi untuk pasien diabetes melitus, setiap kerusakan kulit dapat berlanjut jadi infeksi berat dan komplikasinya bisa berujung amputasi.
Namun soal audisi menantu dengan mencuci baju itu juga bisa menjadi pertimbangan, karena tidak lucu juga kalau nanti sudah jadi menantu, malas mencuci, malah mertuanya yang diminta bantuin cuci baju si menantu.
[caption caption="fb kompal"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H