"Sayang Mama-lah, Dok. Tapi kucingnya juga kasihan kalau dibuang...,"kata anak lelaki si pasien asma yang usianya 50-an tahun, yang kontrol pertama setelah perawatan di rumah sakit.
"Saya sudah bilang, Dok. Kucingnya dikasih ke orang saja, karena memang sejak ada kucing itu saya sering bersin-bersin dan batuk. Apalagi tiap hari yang kasih makan kucing itu, saya dan bukan dia," kata si Ibu.
Pada pemeriksaan fisik si ibu masih terdengar suara mengi di paru bagian bawah yang menandakan radang dan sumbatan jalan napasnya belum perbaikan total. Si anak lelaki yang usianya 20-an cemberut karena saya tanya-tanya soal kucing karena di keluarga mereka kebetulan tidak ada yang perokok dan mereka tidak punya AC (Air Conditioner) yang biasanya jadi pencetus serangan asma. Maka dipikirkan adanya bulu binatang atau serbuk sari bunga kalau keluarga itu senang berkebun.
"Tidak bisa ditawar-tawar, Dok, soal kucingnya?" tanya si anak lagi, nego.
"Kamu lihat sendiri mama kamu minggu lalu waktu dirawat, tidur saja harus bungkuk ke depan, oksigennya harus 5 liter per menit dan obatnya sampai 7 macam, baru sesaknya berkurang. Sekarang pulang di rumah seminggu napasnya tetap bunyi, karena kucing itulah. Berkorban sesekali untuk mamanya lah...," kata saya.
Akhirnya si anak mengangguk dan si ibu tersenyum lalu mengucap terima kasih.Â
Memang kasus sesak napas yang dipicu bulu kucing ini hari Rabu ini ada 3 kasus dan kebetulan yang satu ini, si anak penggemar kucing malah datang ikut mengantar mamanya berobat. Selain bulu kucing, bulu anjing, unggas, burung, tikus dan kecoa adalah binatang yang dapat menjadi pemicu serangan asma. Kala tanaman, biasanya yang ada bunganya, selain itu makanan laut, buah yang banyak getah juga membuat mengi muncul.
Menghindari faktor alergen (pemicu alergi) adalah cara terbaik, namun obat-obatan juga harus siap di tangan, misalnya inhaler tertentu, obat pelebar saluran napas, antiradang, dan pengencer dahak.
Bila perlu, kalau pencetus alerginya binatang atau tanaman peliharaan tertentu, si pasien dan keluarga harus diajari tega membuang binatang atau tumbuhan atau benda kesayangannya itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H