Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Inilah Beberapa Penyebab Kegagalan Vaksinasi

21 Juli 2016   01:51 Diperbarui: 21 Juli 2016   07:35 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Shutterstock.

Lelah berdebat beberapa kali tentang berguna atau tidaknya vaksinasi dengan beberapa Kompasianer yang antivaksinasi, kembali harus berhadapan dengan kenyataan bahwa si vaksin itu sendiri ternyata bisa saja palsu. Tetapi secara kedokteran, prinsip pencegahan penyakit berbahaya tetap harus didukung, walaupun teknisnya dapat saja terjadi kesalahan yang berakibat hasil tidak memuaskan.

Ilustrasinya begini, vaksinasi itu seperti pasukan komando (ilustrasi dari imunitas tubuh anak) yang berlatih menghadapi teroris (vaksin), namun teroris ini bisa berupa boneka atau pasukan lain yang lebih lemah dari mereka. Tanpa latihan, pasukan komando ini belum tentu bisa melumpuhkan teroris yang membajak pesawat atau menyandera awak kapal batubara.

Soal wajib atau tidaknya disuntik vaksin tertentu, itu sesuai dengan peraturan dan pemilihan vaksin apakah yang gratis disediakan pemerintah atau yang non-subsidi pemerintah itu hal lain lagi.

Apakah semua vaksinasi akan sukses meningkatkan kekebalan terhadap penyakit yang dituju? Jawabannya belum tentu. Ini beberapa hal yang dapat membuat upaya vaksinasi gagal.

1. Faktor si anak, apakah saat divaksinasi sedang makan obat anti radang/anti alergi atau obat lain yang dapat menurunkan kekebalan tubuhnya? Ilustrasinya, kalau saat latihan si pasukan komando sedang mabuk atau kelaparan atau sedang kelelahan, maka hasilnya bukan peningkatan keterampilan perang, malah babak belur dihajar tim lawan.

2. Faktor vaksin, bisa saja tidak optimal. Misalnya vaksinnya kadaluarsa, atau vaksinnya rusak karena disimpan di kulkas yang terlalu dingin menjadi beku atau terlalu panas sehingga zat aktifnya pecah dan terakhir kalau vaksinnya 'sengaja' dimanipulasi. Dimanipulasi ini bisa saja dioplos, misalnya kadarnya dari 100 persen menjadi tinggal 50% 25, 10 % atau malah diganti dengan cairan lain.

Ilustrasinya misalnya pasukan komando sudah siap latihan dengan skenario menghadapi pasukan teroris, ternyata saat memasuki gedung yang dijadikan sasaran latihan, yang didatangkan para pemain musik dan penari dan bukan pasukan dari unit lain. Bingung gak tuh pasukan?

3. Faktor kedisiplinan, misalnya vaksinasi yang memerlukan pengulangan 1 bulan kemudian, namun si pasien baru datang 5 bulan kemudian, maka bisa jadi hasilnya tidak maksimal.

Kalau vaksinasi gagal dan si anak serta orang tua tahu, maka vaksinasinya akan secara sadar diulang. Tetapi kalau orang tuanya yakin si anak sudah kebal penyakit tertentu tetapi ternyata tidak, ini cukup membahayakan.

Untuk itu, sebaiknya setiap orang tua yang mau memvaksinasi anaknya saya sarankan sebagai berikut:

1. Saat imunisasi yakinkan kondisi fisik si anak tidak sedang makan obat dan tidak sedang sakit atau kurang gizi.

2. Minta rekomendasi pada rumah sakit/klinik/dokter yang mau vaksinasi bahwa vaksinnya diambil dari distributor resmi dan disimpan sesuai ketentuan.

3. Bila vaksinasinya serial, harus konfirmasi jadwal yang tepat.

4. Untuk penyakit tertentu, misalnya hepatitis, dapat dilakukan pengecekan apakah antibodinya sudah terbentuk atau tidak. Kalau antibodinya tidak terbentuk, maka perlu diulang.

Perlu ditekankan pentingnya bertanya pada orang yang berkompeten tentang vaksinasi ini, sehingga tidak panik dan dapat melakukan beberapa langkah antisipasi bila merasa anak-anak anda disuntik vaksin yang tidak baik kualitasnya (vaksin palsu, vaksin rusak atau vaksin kadaluarsa). Jangan bertanya ke orang yang kurang kompeten, karena dapat saja menimbulkan emosi dan bertindak anarkis yang bisa saja akan merugikan banyak pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun