"Dok, saya minta obat darah tinggi diatur lagi dosisnya karena mau tetap berpuasa, obat pusing juga diresepkan untuk jaga-jaga kalau 'vertigo' saya muncul."Kata pasien usia 60-an tahun yang rutin sebulan sekali berobat ke poliklinik dalam 3 tahun terakhir.
"Obat rematiknya masih banyak, bu?"Tanya, kebetulan si ibu ini pertama kali ke rumah sakit dengan keluhan utama nyeri sendi yang sangat mengganggu. Namun seiring waktu akibat rajin minum susu yang banyak calcium, mengurangi berat badan dan olahraga ringan, sakit rematiknya berkurang, hanya sesekali kambuh kalau salah makan emping melinjo atau kacang goreng kebanyakan.
"Masih ada 6 tablet dok. Kadaluarsanya masih lama. Nah, kalau bulan puasa begini saya biasanya dijemput anak-anak yang di luar Palembang untuk menginap dan jalan-jalan di kotanya, jadinya malah nyeri di kaki tidak terasa."
Anak ibu ini ada di Bangka, Jambi dan Bandung, satu lagi di Palembang. Kalau bulan puasa sampai terkadang sesudah lebaran, anak-anaknya menjemput ke kotanya dan berwisata disana, ke pantai, belanja atau ke pegunungan, nah kalau jalan-jalan begini rematik si ibu jarang kumat.
"Mungkin kalau di luar kota, pikiran lebih segar ya,dok. Kalau di rumah, sendirian puasa, jadi teringat bapak."Katanya sedih.
Penyakit nyeri sendi yang berpindah-pindah pada orang tua, terkadang memang mengganggu. Obat antinyeri bisa sementara meringankan gejala, tetapi kalau dipakai dalam waktu lama bisa merusak ginjal, lambung dan tulang keropos.
Pada beberapa kasus, tampak gejala penyakit bertambah kalau ada masalah emosional dan sering tiba-tiba menghilang kalau si pasien yang sama sedang berwisata walaupun berjalan kaki lama.
Jadi, kalau ada kakek-nenek di rumah yang mengeluh nyeri sendi dan obatnya banyak, cobalah ajak jalan-jalan ke luar kota, siapa tahu obat rematiknya disimpan dan tidak termakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H