Peristiwa ini harus diperhatikan oleh perawat dan dokter yang melayani pasien di semua fasilitas kesehatan. Karena walaupun nama, umur dan alamat sudah disebutkan saat memanggil pasien, bisa jadi ada pasien yang 'nyelonong'. Bukan hanya namanya sama, tetapi nama yang mirip pun bisa saja ada yang tidak sabar langsung 'nyelonong'.
Pasien pun harus hati-hati kalau misalnya mereka dipanggil dan diperiksa dokter, lalu si dokter memeriksa atau memberi nasehat dan terapi yang berbeda, yakinkan kalau si dokter memegang status riwayat penyakit anda dan bukan tertukar orang lain.
Demikian juga di farmasi, kalau ada dua nama yang sama atau mirip, harus diperiksa berkali-kali apakah cocok dengan identitas yang sesuai.
"Dok, ternyata di farmasi hari ini malah ada satu lagi pasien berobat namanya N*rhayat*, tetapi pasien dokter syaraf dengan 'stroke'. Untung sudah saya kasih tahu di poliklinik penyakit dalam ada dua N*rhayat*, jadi mereka lebih hati-hati..."Kata perawat poliklinik sambil tertawa geli.
Itulah pengalaman saya mendengar 3 pasien bernama sama dalam sehari, padahal pasien hari itu tidak sampai 300-an orang. Coba bayangkan kalau sebuah rumah sakit pasiennya di poliklinik 2000-an sehari. Ada berapa banyak pasien yang bisa kemungkinan berbarengan namanya N*rhayat*?
Semoga bermanfaat!
[caption caption="kompal (FB kompal)"]
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H