Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Dari Peserta Termuda Nangkring Kompasiana di Palembang, sampai 'Stand-up Comedy' dengan Banyak Catatan

27 Maret 2016   01:09 Diperbarui: 27 Maret 2016   01:25 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Aisyah, peserta Nangkring termuda (dokumentasi pribadi)"][/caption]"Namanya siapa, dik?"Tanya saya pada Aisyah, 7 tahun, puteri bungsu pak Dues yang ikut di acara  Kompasiana Nangkring Blogger IB Meet Up Palembang, Sabtu pagi tadi 26 Maret 2016.

"Aisyah, om."Katanya sambil tersenyum malu.

Aisyah bukan hanya hadir, tetapi terlihat ikut memperhatikan para nara sumber bicara dan beberapa kali mengacungkan tangan kalau ada pertanyaan, tetapi karena duduk di pinggir, tidak dipilih.

"Iya, jarak dia dengan kakaknya terdekat 8 tahun, jadi dia seperti dewasa sebelum waktunya, sudah mengerti kalau ikut acara harus tertib."Kata papanya Aisyah menjelaskan mengapa si bungsu yang masih SD itu sudah tertarik ikut seminar seperti ini dan tidak berlarian kesana kemari seperti anak usia 7 tahun kebanyakan.

Apalagi saat pak Isjet membawakan materi tentang cara 'bercerita' terhadap sebuah berita yang menjadi ciri khas masing-masing penulis. Si cilik terlihat menyimak sekali. Kalau boleh 'member' Kompasiana 7 tahun, mungkin sudah mulai buka akun tuh.

[caption caption="Narasumber dari OJK (dokumentasi pribadi)"]

[/caption]

Pembicara di acara ini adalah bu Aprilia dari Otoritas Jasa Keuangan, yang sangat bersemangat meminta para 'blogger' di Palembang menulis yang menarik soal perbankan syariah dan informasinya semua perbankan syariah di Indonesia akan dikoordinasi secara nasional dan beberapa negara lain mulai tertarik belajar dari Indonesia.

[caption caption="Dok.pri"]

[/caption]

Narasumber dari Bank Muamalat, pak Supriyanto mengaku baru 'ngeh' soal filosofi bank syariah setelah bergumul 1 tahun.

"Keuntungan dari bank tidak harus bunga. Tetapi dari bagi hasil dan persentase bagi hasilnya sudah kita sepakati dari awal."Begitu jawabannya kepada beberapa bankir sing yang mempertanyakan mekanisme mendapatkan penghasilan BANK syariah. Saya sebenarnya ingin bertanya tentang bagi hasil ini, kalau ternyata usahanya rugi, bagaimana tehnisnya bagi rugi? Dan bagaimana kalau ternyata banyak peminjam nakal dan mengaku rugi melulu padahal dia sebenarnya untung?

Tetapi saya rasa membahas itu bukan pada tempatnya, karena tiap bank syariah ada juga disiapkan manajemen resiko, termasuk resiko kerugian atau penipuan dari peminjam.

[caption caption="dokumentasi pribadi"]

[/caption]

"Jadilah penulis yang dikenali dari tulisannya, bukan yang dikenali medianya."Itu pesan pak Isjet sebagai pembicara ketiga. Bila seorang penulis koran hanya memuat data 5W+1H, maka dia tidak dikenali, karena gaya penulisannya sangat formal. Namun bila penulis memiliki cara menceritakan fakta dengan menyentuh emosi pembaca, maka si penulis akan dikenal lebih populer daripada media yang dia tulis.

Soal judul, beliau berpesan cari yang menarik, namun kalau terlalu 'bombastis' tetapi beritanya ternyata tidak ada isinya, maka lama-lama si penulis dan medianya akan ditinggalkan orang.

[caption caption="dok.pri"]

[/caption]

Terakhir yang bicara, adalah komedian Pedro dengan 'stand up comedynya', "Jujur saya gugup tampil di acara seperti ini, karena biasanya di panggung, restoran atau acara khusus lainnya." Nah, ini dia harus melucu di depan mahasiswa yang kelihatannya aktifis kampus dan beberapa 'blogger' yang terlihat sangat serius seperti saya.

Beberapa kali memang kelucuan ada, tetapi ada lebih 50% penontonnya ternyata sibuk menulis dan mengetik sesuatu di mejanya masing-masing, sehingga si komedian beberapa kali meminta omongannya jangan dicatat.

Mungkin memang budaya Palembang tentang 'stand up comedy' sudah ada, namanya 'kelakar bethok', mirip gaya-gayanya gepeng membuka acara jaman Srimulat tahun 80-90-an dan Leysus-Topan di jamannya Ketoprak Humor, khas dengan bahasa daerah dan istilah-istilah daerah setempat.

Nah, kalau 'stand up comedy' di Palembang dengan logat Jakarta, sepertinya sulit, karena memang 'kelakar' ala Palembang memang kurang pas mendengar kata-kata :lu, gue, plis deh dan lain-lain.

"Mbak Elly, buat komunitas Kompasianer Palembang, ya," ajak Pak Isjet.

"Sudah, pak. Tetapi sudah tidak aktif, nanti kita buat yang baru lagilah."Jawab bu Elly Suryani yang sempat mengkoordinir kompasianer Palembang 2 tahun yang lalu. Malah pernah beberapa orang ramai-ramai melakukan ekspedisi ke Taman Nasional Sungai Sembilang di hutan bakau pinggiran Sumatera Selatan menghadap Selat Bangka. Tetapi karena kesibukan masing-masing, kontak-kontakan lama terputus.

Wah, kalau komunitas kompasianaer Palembang mulai aktif dan sering bikin acara, apakah itu berarti setahun sekali Kompasiana akan rutin Nangkring di Palembang?

Mudah-mudahan, karena mulai 2018 akan ada Moto-GP di sirkuit Jakabaring Palembang, mungkin sehari sebelum perlombaan para admin bisa bikin acara di Palembang dan sekalian nonton Moto-GP atau sekalian jadi pembalapnya.

Setuju?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun