Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Dari Peserta Termuda Nangkring Kompasiana di Palembang, sampai 'Stand-up Comedy' dengan Banyak Catatan

27 Maret 2016   01:09 Diperbarui: 27 Maret 2016   01:25 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dokumentasi pribadi"]

[/caption]

"Jadilah penulis yang dikenali dari tulisannya, bukan yang dikenali medianya."Itu pesan pak Isjet sebagai pembicara ketiga. Bila seorang penulis koran hanya memuat data 5W+1H, maka dia tidak dikenali, karena gaya penulisannya sangat formal. Namun bila penulis memiliki cara menceritakan fakta dengan menyentuh emosi pembaca, maka si penulis akan dikenal lebih populer daripada media yang dia tulis.

Soal judul, beliau berpesan cari yang menarik, namun kalau terlalu 'bombastis' tetapi beritanya ternyata tidak ada isinya, maka lama-lama si penulis dan medianya akan ditinggalkan orang.

[caption caption="dok.pri"]

[/caption]

Terakhir yang bicara, adalah komedian Pedro dengan 'stand up comedynya', "Jujur saya gugup tampil di acara seperti ini, karena biasanya di panggung, restoran atau acara khusus lainnya." Nah, ini dia harus melucu di depan mahasiswa yang kelihatannya aktifis kampus dan beberapa 'blogger' yang terlihat sangat serius seperti saya.

Beberapa kali memang kelucuan ada, tetapi ada lebih 50% penontonnya ternyata sibuk menulis dan mengetik sesuatu di mejanya masing-masing, sehingga si komedian beberapa kali meminta omongannya jangan dicatat.

Mungkin memang budaya Palembang tentang 'stand up comedy' sudah ada, namanya 'kelakar bethok', mirip gaya-gayanya gepeng membuka acara jaman Srimulat tahun 80-90-an dan Leysus-Topan di jamannya Ketoprak Humor, khas dengan bahasa daerah dan istilah-istilah daerah setempat.

Nah, kalau 'stand up comedy' di Palembang dengan logat Jakarta, sepertinya sulit, karena memang 'kelakar' ala Palembang memang kurang pas mendengar kata-kata :lu, gue, plis deh dan lain-lain.

"Mbak Elly, buat komunitas Kompasianer Palembang, ya," ajak Pak Isjet.

"Sudah, pak. Tetapi sudah tidak aktif, nanti kita buat yang baru lagilah."Jawab bu Elly Suryani yang sempat mengkoordinir kompasianer Palembang 2 tahun yang lalu. Malah pernah beberapa orang ramai-ramai melakukan ekspedisi ke Taman Nasional Sungai Sembilang di hutan bakau pinggiran Sumatera Selatan menghadap Selat Bangka. Tetapi karena kesibukan masing-masing, kontak-kontakan lama terputus.

Wah, kalau komunitas kompasianaer Palembang mulai aktif dan sering bikin acara, apakah itu berarti setahun sekali Kompasiana akan rutin Nangkring di Palembang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun