[caption caption="Makan malam di pinggir Sungai Musi (Dokumentasi Pribadi)"][/caption]"Dok, Pak Isjet dan Pak Dues ngajak makam malam di pinggir Sungai Musi..." ajak bu guru Maria Margaretha, yang jauh-jauh dari Jambi datang ke Palembang demi ikut Nangkring Bareng Kompasiana di Palembang, Sabtu 26 Maret 2016 pukul 10.00 di Hotel Emilia, Jalan Letkol Iskandar.
"Wah, boleh juga. Saya jemput ya..."
Karena satu arah, saya jemput si bu guru dari tempatnya menginap dan 30 menit kemudian kami sampai di restoran di pinggiran Sungai Musi, walau sempat tersesat ke meja 19 yang kosong. Ternyata beliau-beliau sudah di meja 48 di 'outdoor' yang rada sejuk dan lumayan terasa suasana sungainya.
"Kebetulan pekerjaan kantor tidak banyak, jadi saya bisa pulang," kata pak Dues K. Arbain yang sering nulis cerpen, ternyata bekerja di Medan, namun istri dan anak-anaknya di Palembang. Tetapi tahun lalu kerjanya di Jambi dan mungkin tahun depan di Jakarta. Nah, lho...
Lalu saya bersalaman juga dengan Mas Deri dan Rizki, admin yang ikut ke Palembang, selain Pak Isjet.
"Libur, Pak dokter?" tanya Pak Isjet.
"Tadi pagi tetap periksa pasien yang dirawat inap. Tapi poliklinik libur," jawab saya.
[caption caption="Latar belakang Jembatan Ampera (dokumentasi pribadi)"]
Pukul 19.30-21.00 makan malam selesai, lalu foto-foto dengan latar belakang Jembatan Ampera yang diwarnai lampu hiasnya, para admin merasa sayang malam terlewat begitu saja.
"Malam begini, bisa jalan ke mana lagi, dok?" tanyanya.
"Ke Stadion Jakabaring, Pak. Itu bakal arena ASEAN GAMES 2018 dan bakal ada sirkuit Moto-GP di sekitar danaunya. Juga bisa melihat Wisma Atlet Jakabaring yang terkenal dengan AU dan Naz-nya," ajak saya.
Semua setuju dan kami pun meluncur ke sana.
[caption caption="Dokumentasi Pribadi"]
"Boleh saja. Aman, Pak," jawab sang satpam.
"Kalau sampai ke danaunya, aman tidak, Pak?" tanya saya lagi.
"Aman, Pak. Paling yang kelihatan orang 'becewek'an'. Hehehe..."jawabnya tertawa. Saya pun tertawa.
Admin yang bingung, saya jelaskan arti 'becewek'an' itu sama dengan pacaran, akhirnya ikutan tertawa juga.
[caption caption="Dokumentasi Pribadi"]
Makan pempek ikan lezat dengan 'cuka' (sausnya) yang pedas dan harum diiringi kopi hitam yang agak pahit-manis, membuat betah nongkrong 1 jam lagi, walau sempat terjadi sebuah tragedi kala bu guru Maria Margaretha salah menuangkan kopi di gelas Pak Isjet ke wadah 'cukanya'.
"Bu, itu kopi saya, bukan 'cuka' pempek," kata pak Isjet mencegahnya.
"Wah, kalau tadi dibiarkan, bu guru bisa 'posting' di K, kalau 'cuka' pempek di Palembang beda dengan di Jambi. Agak pahit. Hehehe..."kata pak Dues.
Ya, setelah pembicaraan kelas tinggi seperti rumitnya BPJS, gratifikasi dokter, media-taksi online dan perbankan, akhirnya ujung-ujungnya bahas ke masalah sederhana juga: pempek dan cuka-nya.
Akhirnya pukul 23.00 dan bu guru serta pak admin sekalian oleh bu peri dilarang pulang lewat pukul 12 malam, kami permisi ke Pak Dues dan keluarga yang rumahnya di Kancil Putih dan saya pun antar para tamu luar kota ke hotelnya.
Mudah-mudahan acara nongkrong sebelum Nangkring Bareng Kompasiana di Palembang tahun ini dapat berkesan bagi admin karena sudah melihat langsung penampakan 'danau becewek'an'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H