Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berapakah Perkiraan 'Harga' Satu Suara di Jakarta?

13 Maret 2016   21:31 Diperbarui: 13 Maret 2016   22:04 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila memang di pilkada Jakarta masih bisa berpolitik uang, pertanyaan yang terpenting bagi para calon pemilih, adalah: berapa harga yang paling pantas saya tentukan minimal untuk suara saya?

Jawabannya susah-susah gampang, karena yang memilih 'membeli suara' kalau sudah tidak punya akal lain, seyogyanya tetap ingin membeli dengan dana seminim mungkin. Tetapi saya pribadi sebenarnya ingin para calon pemilih yang mau dibayar, memiliki kalkulasi yang malah 'semahal' mungkin, walau tetap punya alasan logis waktu nanti tawar-menawar dengan calon pembeli suara.

Yang harus dipikirkan para calon pemilih di Jakarta yang 'berencana' menjual suaranya ke pembeli yang paling serius adalah:

1. APBD DKI di sekitaran 90 trilyun pertahun.

2. Biasanya kalau yang menang pilkada berencana korupsi, maka minimal mereka akan menyunat anggara 30% setahun itu berarti 150-an trilyun dalam 5 tahun.

3. Untuk menang pemilu minimal suranya 50% dari sekitar 7 jutaan pemilih, jadi minimal 3,5 juta orang yang harus dibeli.

4. Nah, kalau si pemenang punya 'potensial' dikorupsi 150 trilyun dalam 5 tahun, untuk membeli suara dia minimal harus menyisihkan 10%nya, yaitu 15 trilyun untuk membeli 3,5 juta suara, maka minimal harganya 4,28 juta.

Ini hitung-hitungan kalau peran para pemilih hanya 10% dari semua agenda politiknya selama 5 tahun ke depan, namun kalau para calon pemilih bayaran menganggap 'harga diri' mereka lebih dari itu, mereka patut mendapatkan lebih, bisa 5 juta, 10 juta atau 25 juta per suara.

Tetapi jujur saja, kalau para pemilih di Jakarta hanya pasang tarif 200 ribu, mereka sangat merugi, karena secara hitung-hitungan memang tarif 200 ribu itu hanya untuk kabupaten kecil yang APBD-nya dibawah 1 trilyun.

Setuju?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun