Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menanamkan Identitas Seksual Anak Berkaca dari Film 'Fifty Shades of Grey'

20 Februari 2016   14:54 Diperbarui: 21 Februari 2016   14:40 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto pribadi dan editan: https://en.wikipedia.org/wiki/Fifty_Shades_of_Grey_%28film%29"][/caption]

Masalah identitas seksual anak menjadi penting karena berbagai kejadian akhir-akhir ini yang menjadi 'trending topic' di media sosial yang melibatkan berbagai isu orientasi seksual.

Kita menjadi bingung bagaimana masalah 'kopi sianida' menjadi lebih heboh dan lama dibahas daripada 'teroris Sarinah' yang terjadi berdekatan waktu, karena ada isu LGBT disana. Belum lagi tuduhan pelecehan seksual oleh IB dan SJ oleh para pelapornya sesama jenis yang usianya lebih muda. Berlanjut dengan pemutusan kontrak 'Nike' pada petinju hebat Filipina Manny Pacquiao yang menyatakan homoseksual lebih buruk dari hewan. Ini menandakan isu LGBT adalah isu yang sudah 'global' dan dianggap serius.

Di satu sisi, menilai LGBT sebagai sebuah 'dosa' berpotensi dimusuhi secara sosial media dan dianggap tidak humanis. Di sisi lain, sebagai orang tua dengan 3 anak laki-laki yang belum puber, saya harus bersikap kalau mereka bertanya tentang identitas seksualnya dan identitas seksual yang diberitakan di media cetak atau televisi.

Berkaca dari film 'Fifty Shades of Grey' yang diangkat dari novel berjudul sama karya E.L. James (Inggris, 2011) yang ditayangkan perdana 13 Pebruari 2015, maka dikisahkan si tokoh pengusaha sukses yang masih 27 tahun, Christian Grey (diperankan Jamie Dornan) membuat kesepakatan dengan seorang gadis yang masih perawan, seorang mahasiswi akhir sebuah akademi bernama Anastasia Steele (diperankan Dakota Johnson), untuk menjadi kekasih sekaligus 'budak seksnya' karena Grey menyukai seks dengan penyiksaan (sadomasokisme).

Si gadis yang ternyata jatuh cinta dengan Grey, akhirnya juga mulai menyukai seks dengan disiksa lebih dahulu dan sesekali si Grey juga bisa bercinta dengan si mahasiswi tanpa didahului penyiksaan.

Yang menjadi bahan pertimbangan sebagai orang tua adalah, Grey menjadi suka sadomasokisme, karena selama 6 tahun pernah jadi budak seks teman ibunya sejak remaja. Dimana dia diajari seks oleh teman wanita ibunya yang sering ke rumahnya, dengan terlebih dahulu main siksa-siksaan.

"Kamu bisa minta berhenti disiksa kalau tidak tahan lagi", begitu salah satu ucapan Grey yang dituangkan dalam perjanjian 'budak seks' pada Anastasia yang dibuatnya seolah-olah perjanjian kerja sama antar dua perusahaan.Si gadis pun dapat uang dan mobil, lambat launpun mulai suka disiksa dahulu sebelum 'making love' yang normal.

Film yang disutradarai Sam Taylor-Johnson dan diproduksi Universal Pictures ini pun ternyata selaris novelnya dan itu seolah-olah dipertanyakan, apakah sadomasokisme pun nanti akan dianggap atau setidaknya ingin dianggap penyimpangan seks yang wajar juga? Hak azasi juga?

Saya tidak tahu, tetapi sebagai ayah dari 3 anak laki-laki yang belum puber saya akan mengajarkan anak-anak saya begini:

1. Kamu laki-laki.

2. Papamu menikah dengan mama dan mama perempuan.

3. Kalau di kolam renang atau dimanapun ada laki-laki lain memegangimu, lepaskan.

4. Kalau ada laki-laki yang lebih tua mendekatimu dan bilang menyayangimu, lapor papa.

5. Kalau ada perempuan lebih tua mendekatimu dan bilang menyayangimu dan mengajakmu 'mojok', juga lapor papa.

6. Kalau ada perempuan seumuranmu bilang suka kamu, lapor mama.

Nah, yang penting mereka tahu dulu, sebelum 18 tahun dan mengerti apa orientasi seksual yang normal versi papa dan mamanya, mereka harus lapor dan diskusi kalau ada yang mencoba dekat dengan 'intens'. Kalau mereka sudah 18 tahun, secara hukum memang punya hak menentukan hak-hak pribadinya, tetapi kalau belum punya uang sendiri, wajib turut perintah papa dan mamanya.

Masalahnya, kalau mereka sudah punya uang sendiri dan mandiri, maka orang tua hanya bisa berdoa, karena saya masih pengen punya cucu kandung dari ketiga anak laki-laki saya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun