Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Terpaksa Dikuret Gara-gara Tak Cocok KB Suntik

28 Januari 2014   00:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:24 1979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_318781" align="aligncenter" width="400" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

"Saya lemas sekali, dok, seminggu ini sudah dua kali pingsan di kantor."Keluh seorang ibu pertengahan 20 tahunan dan terlihat sangat pucat. Telapak tangannya putih kekuningan dan kelopak mata dalamnya juga pucat.

"Kurang darah, nih. Padahal badan ibu tidak kurus, ada berak atau kencing darah gak?"Tanyaku.

"Enggak, dok. Tetapi menstruasi saya 4 bulan ini lebih banyak dan bisa dua kali sebulan. Apa karena saya pakai suntik KB, dok?"Tanyanya.

Si ibu baru melahirkan anak pertamanya 6 bulan lalu dan setelah selesai masa nifasnya memutuskan KB suntik yang 3 bulan sekali supaya praktis. Ternyata setelah KB menstruasinya tambah banyak, tambah panjang dan baru kering seminggu terkadang sudah menstruasi lagi. Padahal biasanya KB suntik yang 3 bulan sekali malah tidak menstruasi.

"Hemoglobin ibu dibawah 7 g/dL, jadi harus ditranfusi 4 kantong sel darah merah. Sekalian saya konsultasikan ke dokter kebidanan, ya."

Akhirnya setelah diperiksa dokter SPOG melalui pemeriksaan USG disimpulkan rahim si ibu terjadi penebalan dinding rahim akibat ketidakseimbangan hormonal. Jaringan trofoblas tempat jabang bayi biasanya menempel berkembang lebih tebal dan mudah berdarah.

"Apa memang harus dikuret, dok?"Tanya si ibu khawatir.

"Kalau ibu kurang yakin boleh konsultasi ke dokter SpOG lain."Kataku.

Dokter SpOG kedua juga berkesimpulan yang sama, namun bila si ibu tidak siap dikuret dia menyarankan ganti cara KB, jangan pakai yang hormon dan obat-obat antiperdarahan.

Sebulan kemudian setelah tranfusi, ternyata menstruasi si ibu hanya sedikit berkurang dan masih ada perdarahan tak normal diantara jadwal menstruasi normal. Dan karena hemoglobinnya turun lagi, si ibu ditranfusi lagi sampai HB diatas sepuluh baru dikuret.

Nah, kasus seperti ini memang tidak terjadi pada semua ibu pengguna KB suntik, namun kemungkinannya tetap ada. Biasanya disarankan pakai KB non hormonal dan dikuret untuk membuang trofoblast yang terlalu tebal dan mudah berdarah.

Kalau sudah begini si ibu harus urun rembug dengan suami mengenai KB lelaki atau KB alamiah, karena rahim si ibu tidak mau dimacam-macamin dengan 'suplemen hormonal' dari KB hormon. Kalau si suami masa bodoh ya bakal rugi sendiri, karena si istri akan lebih sering 'verboden' daripada 'wellcome'.

Semoga bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun