bersama dr. Fahmi Spesialis Paru (dokumentasi yang gak pribadi-pribadi amat)
"Wah, masih jadi MC (master of ceremony) ya?"Tanyaku pada dr. Mohamad Fahmi Spesialis Paru setelah dia membuka simposium dokter ahli paru di Hotel Borobudur 15 dan 16 Pebruari kemarin.
"Iya, hanya di pembukaan Pos. Selanjutnya yang meneruskan junior."Katanya kebetulan kami bertemu di acara ilmiah itu setelah lama tidak berjumpa sejak tamat kuliah di FK UNSRI tahun 1998.
"Wah, Fahmi sudah sehat? Jangan kecapek'an lho."Kata salah seorang teman Fahmi sambil menyalaminya disaat 'Coffe break'.
"Sudah, kata dokter jantungnya sudah aman, kok."Katanya dan banyak temannya lain sesama spesialis paru dan peserta didik paru menanyakan kabar dan menyalaminya.
"Lho, kamu sakit apa?"Tanyaku.
"Minggu lalu kena serangan jantung, nyeri dada hebat dan rekaman jantung saya ada tanda-tanda penyumbatan pembuluh darah koroner. Saya tadinya mau dirawat di rumah sakit saya di Persahabatan, tetapi karena dokter jaga khusus jantung tidak ada, saya memutuskan ke Harapan Kita saja."
"Badan kamu bagus, tidak gemuk, tidak merokok dan pasti tidak minum alkohol, kenapa jadi kena serangan?"Tanyaku.
"Saya ada polisitemia vera, Pos. Kalau Hemoglobin saya diatas 16 g/dL biasanya saya pusing, nah yang kemarin bukan hanya pusing malah pembuluh darah jantung saya 'spasme' (kencang, menyempit).Makanya ada serangan jantung."
Fahmi mengatakan dia ketahuan sakit polisitemia vera sejak tahun 2000-an, ketika itu sakit kepala dan lemas sekali lalu didapati hemoglobinnya 19 g/dL. Darisanalah diperiksa secara mendetail dan disimpulkan dia menderita sakit pembiakan berlebihan sel-sel darah merah, dimana sel-sel darah merah yang masih muda banyak dihasilkan sumsum tulang dan mudah pecah, sehingga bisa meningkatkan asam urat dan kekentalan darah meningkat.
"Jadi, harus rutin dibuang darahnya?"Tanyaku.