Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Membenci Kaisar Posmowi Sampai Mati!

14 November 2014   09:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:50 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14159044101439273652

[caption id="attachment_375098" align="aligncenter" width="403" caption="(dokumentasi pribadi)"][/caption]

"Sakit....."Itu alasan pembenci pertama, Do Wan.

Dia pernah gagal masuk universitas terkenal tanpa tes 32 tahun yang lalu gara-gara kaisar sekarang ini Posmowi menang 1 angka di fisika darinya, sementara 'jatah' dari SMA mereka ke universitas itu hanya 1.

"Guru fisikanya lebih suka si Posmowi daripada saya, makanya nilai saya dikurangi."Aku si Do Wan menduga-duga, dia terpaksa ikut tes yang berat dan hanya masuk ke universitas gurem, jurusan gurem. Intinya Do Wan benci kaisar Posmowi karena masa lalu mereka terjadi pergesekan dan dia merasa disakiti, hingga dendam sampai sekarang.

Beda dengan pembenci kedua, Do Tu, "Kaisar Posmowi itu antek-antek negara barat."Katanya.

Bagi Do Tu, sebagai negara Timur, mereka harus selalu waspada dengan 'manuver' negara-negara barat yang maunya memeras negara belum maju.

"Saya gak kenal kaisar Posmowi dari kecil. Baru tahu dia dua tahun ini, sejak dia nyalon jadi kaisar dan kebetulan kaisar lama tidak punya keturunan, jadi tahtanya dilelang."Pengakuannya.

Do Tu pendukung calon kaisar lain yang kebetulan kalah, namun pergesekan selama kampanye dan proses pemilihan yang seru membuatnya sulit melupakan kebencian yang sudah terbentuk setahun terakhir.

"Pokoknya, apapun yang 'berbau' kaisar Posmowi harus dicari sisi jeleknya!"Katanya berkobar-kobar.

Terakhir si pembenci ketiga Do Tri, punya alasan lain yang sangat unik, "Saya ngiri....."

Ngiri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun