Mohon tunggu...
Posma Ramos Simanjuntak
Posma Ramos Simanjuntak Mohon Tunggu... -

Seorang yang membentuk komunitas Awaken Spirit.......

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hai Politisi Belajrlah dari Para Komedian

6 Mei 2013   00:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:03 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini, Kompas TV mengadakan acara grandfinal SUCI 3 alias Stand Up Comedy 3. Dari 2 kontestan yang maju menjadi finalis, salah satunya memiliki sikap unik. Yaitu bersikap seperti orang yang “tolol.” Ketololan ini, maaf walau kalimatnya sarkastis, tapi mempunyai daya pikat yang baik untuk mengundang kelucuan dan tawa untuk para penonton termasuk para juri.

Di dalam acara tersebut, sempat terlontar dari salah satu kontestan bahwa sebenarnya finalis yang bersikap tolol tersebut layak untuk maju menjadi politisi di masa depan. Menurut penulis, komentar tersebut mengandung pengertian yang cerdas. Mengapa?

Ada beberapa ciri khas yang selalu ditampilkan oleh para komedian. Antara lain adalah, bersikap tolol atau bersikap seperti orang yang tidak tahu apa-apa. Sehingga dirinya menjadi bahan olok-olokan yang mengundang tawa. Ia menempatkan diri sebagai “sasaran tembak” tertawaan orang. Ia merelakan dirinya untuk ditertawakan orang. Dengan demikian, ia telah mencapai sasarannya sebagai komedian yaitu membuat orang lain tertawa.

Tapi kita tahu, menempatkan diri pada posisi sebagai tertawaan orang lain dengan sikap ketolol-tololan bukanlah sikap yang terjadi begitu saja. Tetapi membutuhkan suatu pelatihan, pemikiran yang baik dan benar tentang arti menjadi orang tolol. Yang berarti, ia mampu bersikap seperti orang tolol karena ia mampu berpikir dengan baik dan cerdas. Suatu paradoks yang unik.

Sebab itu, jika seorang komedian mampu bersikap tolol namun dibalik itu memiliki pemikiran yang baik dan cerdas memang merupakan unsur yang penting untuk dapat menjadi politisi. Tetapi ada hal lain yang sebenarnya menjadi pelengkapnya. Yaitu, komedian mampu menempatkan diri, merelakan diri pada posisi yang bagi kebanyakan orang dapat menyakitkan perasaan dan pikiran yaitu menjadi bahan tertawaan. Tentu ini suatu pengorbanan yang patut diberi acungan jempol. Jadi, kalau seorang komedian maju dengan prinsip ia harus memberi dirinya berkorban agar tujuan utamanya tercapai, bukankah konsep ini yang sangat baik untuk dimiliki seorang politisi? Yaitu memberi diri, berkorban agar masyarakat dapat merasa senang dan bahagia. Dan negara semakin maju.

Selain itu, seperti yang penulis utarakan diatas, sikap ketolol-tololan itu muncul dari pemikiran yang baik dan cerdas, dapat menjadi bahan refleksi bagi para politisi. Mengapa? Karena sering kali kita melihat para politisi bertampilan seperti orang pintar, tetapi sebenarnya dirinya tidak tahu apa yang menjadi inti permasalahan. Anda tidak percaya? Coba saja perhatikan komentar-komentar para politisi tentang banyak hal yang terjadi di negara ini. Komentar yang muncul malah semakin membingungkan masyarakat, bukannya memberi pencerahan, memberi ketenangan bagi masyarakat. Atau yang paling hakiki adalah kalau mereka orang pintar-pintar, mengapa rasanya sulit sekali untuk memperbaiki negara ini untuk menjadi lebih bagus? Padahal, masyarakat yang pekerjaannya rendahan sekalipun, tahu jawabannya dengan mudah. Tapi oleh politisi, semuanya sepertinya dipolemikkan.

Mungkin sudah saatnya, para politisi kita belajar menjadi seorang komedian ala SUCI. Agar mereka lebih banyak belajar untuk membahagiakan, menyenangkan, melegakan masyarakat dengan rela memberi diri, mengorbankan diri untuk jadi bahan tertawaan. Dan sudah saatnya kita untuk menertawakan kondisi bangsa ini.....

sumber :first-thing-first.blogspot.com

Love you my dear

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun