Mohon tunggu...
POSKO LEGNAS
POSKO LEGNAS Mohon Tunggu... Lainnya - Hukum dan Keadilan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hukum dan Keadilan Masyarakat Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menjaga Kualitas Air Tanah di Perkotaan

10 Mei 2020   08:39 Diperbarui: 10 Mei 2020   08:39 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanda-tanda air tanah sudah tercemar dapat dikenali melalui pengamatan fisik. Beberapa di antaranya seperti dikutip dari Indiastudychannel, Selasa (25/5/2010) adalah: 

1). Warna kekuningan akan muncul jika air tercemar chromium dan materi organik. Jika air berwarna merah kekuningan, itu menandakan adanya cemaran besi. Sementara pengotor berupa lumpur akan memberi warna merah kecoklatan; 

2). Kekeruhan juga merupakan tanda bahwa air tanah telah tercemar oleh koloid (bio zat yang lekat seperti getah atau lem). Lumpur, tanah liat dan berbagai mikroorganisme seperti plankton maupun partikel lainnya bisa menyebabkan air berubah menjadi keruh; 

3). Polutan berupa mineral akan membuat air tanah memiliki rasa tertentu. Jika terasa pahit, pemicunya bisa berupa besi, alumunium, mangaan, sulfat maupun kapur dalam jumlah besar; 

4). Air tanah yang rasanya seperti air sabun menunjukkan adanya cemaran alkali. Sumbernya bisa berupa natrium bikarbonat, maupun bahan pencuci yang lain misalnya detergen; 

5). Sedangkan rasa payau menunjukkan kandungan garam yang tinggi, sering terjadi di daerah sekitar muara sungai; 

6). Bau yang tercium dalam air tanah juga menunjukkan adanya pencemaran. Apapun baunya, itu sudah menunjukkan bahwa air tanah tidak layak untuk dikonsumsi.

Pembangunan septic tank juga harus dilengkapi dengan dinding kedap air agar bakteri dalam tinja tidak mengkontaminasi tanah, sehingga tercemar oleh bakteri E-coli yang dapat bertahan hidup lebih lama di dalam tanah yang basah dan lembab. 

Begitu juga dengan cacing tanah yang dapat bertahan hidup lebih lama di dalam tanah lembab dan basah dibanding hidup di tanah yang kering. Misalnya yang terjadi di Jakarta dan Bandung dengan jumlah kepadatan penduduk dan luas lahan yang semakin sedikit sehingga banyak masyarakat tidak memperhatikan jarak tersebut.

Seharusnya tempat pembuangan tinja di setiap rumah itu dengan jarak tertentu dari dapur, tetapi karena terlalu padat sehingga pembuangan tinja itu sangat dekat dengan sumber air. 

Sehingga, air tersebut menjadi kotor karena tanah tercemar disebabkan rembesan air tinja didalam tanah dan diserap oleh tanah lalu merembes kepada sumber air yang dipakai untuk mandi dan minum, akibatnya air tersebut bercampur dengan E-coli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun