Untuk berperan dalam pendamaian diperlukan dua hal, yaitu pengampunan dan komitmen. Yang berinisitif mengupayakan pendamaian antara manusia dengan Tuhan adalah Tuhan sendiri. Firman Tuhan menyebut: “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka” (ayat 19a). Kata “tidak memperhitungkan pelanggaran mereka” adalah wujud pengampunan. Pengampunan merupakan kata kunci dalam pendamaian. Dalam Perumpamaan Yesus tentang anak yang hilang (Lukas 15: 11 – 32), ada dua macam pengampunan, yaitu: Pertama, si anak yang bungsu menyadari kesalahannya dan mengampuni diri dan ber-kata pada dirinya sendiri: “Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa” (Lukas 15: 18b – 19). Anak yang hilang ini dapat memaafkan dirinya sendiri, dapat mengampuni dirinya sendiri yang telah bersalah kepada ayahnya. Ini salah satu syarat untuk berdamai dengan ayahnya.
Pengampunan yang ke dua adalah pengampunan yang diberikan sang ayah ke-pada anak yang hilang ini. Mari kita membaca Lukas 15: 22 – 24. Pengampunan se-macam ini menjadi syarat untuk pendamaian dengan sesama. Kalau mau berdamai dengan siapapun, pengampunan merupakan syarat mutlak, kesediaan memaafkan diri sendiri dan memaafkan orang lain yang bersalah kepada kita.
Keteladanan tentang mengampuni telah diberikan Tuhan kepada kita. Sebagai bangsa, untuk bangsa Israil, Tuhan berkata dalam Yosua 5: 9a sebagai berikut: Ber-firmanlah TUHAN kepada Yosua: “Hari ini telah Kuhapuskan cela Mesir dari padamu”. Ini merupakan pengampunan mengingat bangsa itu sesungguhnya tidak berkenan kepada Tuhan (1 Korintus 10: 5), bacaan pada Minggu lalu: “Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun”. Pengampunan Tuhan mendamaikan diriNya dengan umatNya, men-damaikan diriNya dengan dunia (2 Korintus 5: 19) dan mendamaikan diriNya dengan kita sebagai orang percaya di zaman modern ini. Itulah sebabnya pemazmur berkata: “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi!. Ber-bahagialan manusia , yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN” (Mazmur 32: 1b – 2).
Hal ke dua yang diperlukan untuk pendamaian adalah komitmen mengajak orang lain untuk bersedia diperdamaikan dengan Tuhan. Firman Tuhan berkata: “Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaan kami, dalam nama Kristus kami meminta kepadamu berilah dirimu didamaikan dengan Allah” (2 Korintus 5: 19b – 20). Jadi tugas dan tanggung jawab kita yang telah didamaikan dengan Tuhan adalah mengajak orang lain untuk didamaikan dengan Tuhan, yang mencakup: Pertama, mendamaikan orang yang berselisih di antara kita baik pada aras (level) saudara, keluarga, di tengah-tengah jemaat, bertetangga, dan sebagainya. Ajak mereka dan upayakan agar mereka berdamai satu sama lain.
Dengan begitu mereka juga diperdamaikan dengan Tuhan. Ke dua, mengajak orang lain untuk menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi bagi mereka. Tugas ini tidak ringan, tetapi bagi orang yang telah ada di dalam Kristus, bagi ciptaan baru, tugas ini merupakan tanggungjawab. Dan orang yang telah menjadi ciptaan baru tetap berpegang teguh pada jaminan bahwa Yesus Kristus menyertai setiap orang percaya se-nantiasa hingga akhir zaman (Matius 28: 20). Maukah saudara dan saya menjalankan tugas pemuridan itu sebagai komitmen kita kepada Tuhan mengajak semua orang untuk didamaikan dengan Tuhan? Amin.
Tulisan ini merupakan khotbah yang penulis sampaikan dalam Ibadah Minggu di GKJ Salatiga Timur pada Minggu 6 Maret 2016 Jam 06:30
Oleh Johnson Dongoran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H