Pagi itu angin sepoi-sepoi menembus jendela ruang kelas. Aku duduk di bangku di deretan kedua dari depan. Dengan buku catatan bahasa Arab terbuka di atas meja.
Hari ini adalah hari ulangan Bahasa Arab. Mata pelajaran yang selalu membuatku percaya diri. Bahasa Arab adalah mata pelajaran yang aku sukai. Sejak kelas dua. Aku selalu mendapat nilai bagus bahkan sering sempurna di setiap ulangan.
"Siapkan kertas!" Suara Bapak guru Bahasa Arab kami. Terdengar lantang di depan kelas. Semua teman-teman langsung bergerak cepat. Menyiapkan alat tulis dan kertas ulangan.
Aku menghela napas. Berusaha tetap tenang seperti biasanya. 'Ini hanya ulangan biasa.' Pikirku. Seperti ulangan sebelumnya. Aku yakin bisa mengerjakannya dengan mudah.
Kertas soal pun dibagikan. Dan begitu aku membaca soal-soalnya. Aku merasa tidak ada yang terlalu sulit. Aku mulai mengerjakan dengan tenang.
Seiring berjalannya waktu. Ada sesuatu yang berbeda kali ini. Setiap soal yang kubaca terasa lebih sulit daripada biasanya. Beberapa kosakata yang biasanya mudah teringat. Mendadak terasa asing di kepalaku.
Keringat dingin mulai mengalir di pelipisku. Aku berusaha keras mengingat kembali pelajaran yang sudah kupelajari. Tetapi sepertinya otakku menolak bekerja sama.
Aku terkejut karena mendapati soal-soal yang muncul jauh lebih sulit daripada yang pernah aku perkirakan. 'Ini tidak sesuai dengan yang aku hafal ternyata sulit.' Ucapku dalam hati. Banyak soal yang tidak bisa aku jawab dengan tepat karena aku tidak memahami arti dan konteksnya.
Hari pengumuman nilai ulangan Bahasa Arab tiba. Aku merasa cemas dan menurutku hari itu adalah hari yang paling menegangkan bagiku.
Ketika hasil ulangan dibagikan. Aku sedang duduk di bangku sambil menatap kertas ulangan Bahasa Arabku yang nilainya sangat buruk. Disitu angka yang terpampang membuat hatiku tenggelam dalam perasaan kecewa.
Tiba-tiba  Keke  temanku datang menghampiriku. Dia duduk  di sampingku dengan wajah penuh kekhawatiran. "Kamu kenapa Azy? Dari tadi kelihatan murung aja."