Mohon tunggu...
Azya Butsaina Dyazhra
Azya Butsaina Dyazhra Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Menggambar, travelling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Menyesal Menggampangkan Pelajaran!

15 September 2024   12:11 Diperbarui: 15 September 2024   12:14 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


 
"Ibu! Aku menyesal menggampangkan pelajaran."

'Aku nggak percaya ini terjadi.'
Gumamku pelan. Masih memandang angka 70 yang tertulis disudut kanan atas kertas ulangan Bahasa Arabku.

Teringat saat aku duduk di Madrasah Ibtidaiyyah kelas IV. Pada saat itu aku berusia 10 tahun. Aku adalah orang yang dikenal sebagai sosok yang pendiam. Aku suka ketenangan dan kerapian.

Ketika aku kelas IV Madrasah
Ibtidaiyyah. Biasanya aku setiap pagi sebelum berangkat sekolah selalu mengikat rambutku dan memakai jilbab dengan rapi. Dan mata yang bersinar penuh semangat.

Pada suatu hari. Sehari sebelum ulangan harian Bahasa Arab aku duduk di kursi meja belajarku di kamar tidur  membolak-balik buku catatanku.

Di meja di depannya. Terlihat kamus tebal dan buku cetak Bahasa Arab. Setelah aku buka sebentar lalu aku tutup lagi. Aku merasa hanya perlu membaca buku catatan Bahasa Arab sebentar saja lalu aku akan menambah sedikit lagi hafalan kosakata Bahasa Arab.

Tapi perhatianku malah tertuju pada layar ponsel di tanganku. Notifikasi dari media sosial terus berdatangan. Seolah memanggilku untuk mengecek setiap detiknya.

'Aku hanya sebentar saja.' Bisikku dalam hati. Mencoba meyakinkan diriku sendiri. 'Lagian besok kan cuma ulangan harian nggak perlu terlalu serius.' 'Biasanya aku juga bisa mengerjakannya.' Ucapku dalam hati.

Namun ketenangan itu tiba-tiba terganggu oleh suara adikku yang berlarian di luar kamar. "Naja jangan berisik!" Seruku, mencoba untuk tetap fokus. Aku berusaha menekan kemarahan tetapi semakin lama semakin tidak sabar.

Aku membuka pintu kamar dengan agak kasar dan melihat Naja yang sedang bermain dengan mainan yang berserakan di lantai. Tanpa berpikir panjang. Aku meraih mainan itu dan meletakkannya di tempat yang lebih rapi.

"Kenapa kamu harus selalu mengganggu saat aku sedang belajar?" Tanyaku dengan nada tegas. Naja menatapku dengan mata berkaca-kaca. "Aku hanya ingin main kak! Kenapa harus marah-marah terus?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun