Peran IT dalam Keberhasilan Transformasi Digital di Organisasi Keandalan Tinggi
***
Transformasi digital (DT) telah menjadi topik hangat di berbagai sektor industri, terutama di organisasi dengan keandalan tinggi (HROs). Artikel yang ditulis oleh Martina Polkov-Kersten, Saeed Khanagha, Bart van den Hooff, dan Svetlana N. Khapova (2023) mengangkat isu krusial mengenai tantangan yang dihadapi oleh HROs dalam mengadopsi transformasi digital. Fokus utamanya adalah pada bagaimana identitas organisasi, yang sangat berakar pada stabilitas dan operasi bebas kesalahan, dapat menjadi penghalang serius bagi keberhasilan perubahan teknologi.
HROs, seperti perusahaan energi, air, dan layanan publik lainnya, memiliki tanggung jawab besar dalam menyediakan layanan yang sangat andal dan bebas dari kegagalan. Di satu sisi, digitalisasi menawarkan peluang untuk meningkatkan efisiensi, fleksibilitas, dan inovasi. Namun di sisi lain, ada ketakutan besar akan dampak negatif terhadap identitas organisasi, yang dikhawatirkan dapat memicu ketidakstabilan sementara dalam operasional mereka. Artikel ini, yang dipublikasikan dalam Journal of Strategic Information Systems, volume 32 pada tahun 2023, memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana misalignment antara identitas organisasi dan transformasi digital dapat merusak proses inovasi yang seharusnya membawa perubahan positif.
Dalam kasus HROs yang diteliti selama dua tahun, penulis menggambarkan bagaimana DT sering kali tidak berjalan sesuai rencana, di mana 55% dari perubahan teknologi yang diajukan pada tahun 2018 saja terindikasi sebagai perubahan normal. Dengan volume perubahan sebesar 6.866, kegagalan dalam penilaian risiko menciptakan serangkaian insiden kritis yang berujung pada penurunan keandalan operasional. Artikel ini menyoroti bahwa ketidaksesuaian antara perubahan teknologi dan nilai-nilai yang telah lama dipegang oleh organisasi menyebabkan resistensi signifikan dari tenaga kerja IT yang memainkan peran sentral dalam proses transformasi.
***
Dalam konteks organisasi dengan keandalan tinggi (HROs), transformasi digital seringkali dianggap sebagai "mengganti roda kendaraan yang sedang berjalan". Artikel Polkov-Kersten et al. (2023) menyoroti bahwa proses transformasi ini membutuhkan keseimbangan antara menjaga operasi yang stabil dan mendukung inovasi teknologi yang berkelanjutan. Berdasarkan studi kasus perusahaan utilitas di Eropa, ditemukan bahwa tantangan utama dalam DT adalah ketidakselarasan antara identitas organisasi, yang berfokus pada stabilitas dan operasi bebas kesalahan, dengan kebutuhan untuk berubah secara fundamental. Di tahun 2018, perusahaan ini memproses 6.866 perubahan IT, namun sebanyak 55% di antaranya diklasifikasikan sebagai perubahan normal yang ternyata memicu 43% insiden kritis yang berisiko mengganggu operasional.
Salah satu poin penting yang diangkat adalah bagaimana identitas organisasi HROs sering kali bertentangan dengan sifat dinamis dari transformasi digital. Identitas organisasi, yang didefinisikan oleh Polkov-Kersten et al. sebagai sesuatu yang dianggap "distingtif, sentral, dan abadi", memberikan kerangka yang ketat untuk stabilitas operasional. Dalam studi ini, ketegangan antara inovasi teknologi dan keandalan operasional menciptakan persepsi ancaman di kalangan tenaga kerja IT. Mereka merasa bahwa inovasi digital ini merusak fondasi stabilitas yang menjadi inti dari identitas organisasi mereka, sehingga memicu perilaku perlindungan diri (self-protective behavior) yang justru merusak proses transformasi.
Penelitian ini juga menekankan pentingnya keterlibatan tenaga kerja IT dalam proses DT. HROs dikenal karena ketergantungan mereka pada sumber daya internal dan staf ahli yang sangat terlatih, namun DT sering kali memerlukan keterbukaan terhadap solusi eksternal, seperti outsourcing dan penggunaan layanan cloud. Ini memicu kecemasan di antara staf internal yang merasa peran dan keahlian mereka terancam. Fenomena ini menciptakan dinamika yang saling bertentangan; di satu sisi, organisasi perlu berinovasi untuk tetap relevan di pasar yang berubah cepat, namun di sisi lain, mereka harus mempertahankan keandalan operasional yang sangat tinggi.
Sebagai bagian dari transformasi ini, perusahaan juga menghadapi tantangan dokumentasi proses yang buruk. Sebanyak 43% dari perubahan teknologi yang dilakukan pada tahun 2018 gagal dalam hal penilaian risiko, memperburuk masalah keandalan. Kurangnya dokumentasi yang memadai juga memperlambat kemampuan organisasi untuk melakukan outsourcing secara efektif, yang merupakan elemen penting dari strategi transformasi digital mereka. Sebagai contoh, banyak proyek IT tidak memiliki dokumentasi yang cukup untuk mendukung keputusan arsitektural penting, yang pada akhirnya meningkatkan risiko kegagalan dalam implementasi.
Dengan angka-angka ini, kita bisa melihat betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara inovasi teknologi dan keandalan dalam HROs. Ketika teknologi baru diperkenalkan tanpa mempertimbangkan identitas organisasi yang berakar kuat pada stabilitas, hasilnya adalah resistensi dari tenaga kerja dan penurunan kinerja operasional.
***