Mohon tunggu...
Popie Susanty
Popie Susanty Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang ibu empat anak yang ingin menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa yang Saya Cari di Tanah Orang

12 Maret 2018   08:07 Diperbarui: 12 Maret 2018   08:13 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sedih kalau bayangkan masa  lalu saya yang selalu hidup dalam kesusahan. Bahkan anak balita saya,  hanya makan nasi di campur kuah sasa. Tak ada uang untuk beli susu, teh  manis hanya yang sekedar mengenyangkan perutnya."

"Suami kerja bila musim tanam tiba. Jadi buruh menanam padi, membajak  sawah atau bermalam menunggui sawah agar tidak dimakan babi hutan.  Dengan upah yang sangat minim."

"Saya hanya lulusan sd yang tak  punya keterampilan. Jualan pisang goreng kalau ada pisang yang matang di  kebun. Jualan singkong parut kalau ada singkong yang panen. Semua hanya  cukup untuk makan hari itu."

"Tapi saya punya cita cita besar,  saya ingin jadi orang kaya. Anak anak bisa sekolah. Punya kebun dan  sawah. Punya rumah sendiri dan punya emas."

"Saat ada yang  menawarkan bekerja di Saudi, saya langsung setuju tanpa pikir panjang.  Iming iming gaji besar, menyilapkan mata dan menghilangkan kewarasan  saya. Suami hanya tertunduk lesu, tidak berdaya."

"Kepergian saya  diiringi isak tangis kedua putri saya yang masih 6 dan 4 tahun. Saya  berjanji pada mereka untuk belikan mereka baju dan sepatu baru."

"Kehidupan saya di negeri Arab lumayan baik. Saya menjadi penggembala  kambing, pengasuh orang jompo dan menjadi cleaning service toko.  Alhamdulilah tidak ada hal hal yang menakutkan. Majikan bersikap baik  bahkan saya pernah diajak umroh."

"Namun, saya tidak menyangka  kalau kehidupan keluarga saya di Indonesia hancur. Suami menikah lagi.  Anak anak di asuh orang tua saya. Rumah yang dibangun hasil kerja saya  sekarang dinikmati oleh suami dan istri barunya. Saya ingin sekali  segera pulang memeluk anak anak dan kedua orang tua saya. Namun kontrak  saya baru habis 2 tahun lagi."

"Saya hanya berharap, semua baik baik saja. Saya pasrah dan tawakal sama Allah SWT karena semua terjadi atas kehendak Nya."

Pejuang keluarga.

Pejuang devisa negara
Pejuang ekonomi yang luar biasa.

Hanya berharap kepada penguasa agar lebih banyak membuka kesempatan  kerja kepada anak bangsa dan membuat regulasi bagi pejuang devisa  perempuan yang ada di berbagai negara agar terjamin kehidupannya,  selamat jiwa raganya.

Tekanan ekonomi memang salah satu faktor  para pejuang devisa mengais rejeki keluar negeri karena gaji besar walau  banyak diantaranya yang pulang tanpa nama.

Tak ada uang bisa  disalahkan. Suami pun sebagai kepala keluarga tak punya kesempatan kerja  yang lebih baik daripada jadi buruh tani di kampung sendiri. Sedangkan  terbatas ilmu dalam mengelola sebuah rumah tangga. Kebutuhan biologis  yang tak terpenuhi karena istri tak pulang bertahun tahun, ditambah  adanya uang yang rutin dikirim sang istri sehingga ia tergoda untuk  menikah lagi.

Pe er untuk semua lini. 

Semoga Allah SWT  memberikan kemudahan bagi semua rumah tangga yang sedang kesulitan dalam  menghadapi kesulitan kehidupan. Hanya kepada Allah lah kita kembali.

@Popiesusanty

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun