Mohon tunggu...
Popie Susanty
Popie Susanty Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang ibu empat anak yang ingin menulis kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kala Cinta Tak Jua Bersemi

16 Desember 2017   13:49 Diperbarui: 16 Desember 2017   13:52 901
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cinta tak kunjung bersemi walau usia pernikahan sudah menginjak 5 tahun

 Cinta...akhirnya kau datang jua..

 Sebuah syair lagu tentang rindu akan datang nya cinta. Entah siapa yang membawakannya. 

 Ada seorang sahabat bertanya, pernikahannya sudah menginjak 5 tahun,  amanah sudah 3 namun mengapa rasa cinta kepada sang suami belum juga  tumbuh dan bersemi dalam dadanya.

Teringat cerita saudara dan  seorang sahabat senior tentang rasa cinta yang dirindukan ini. Saudara  saya menikah karena ingin membahagiakan kedua orang tua nya sehingga  saat dikenalkan seorang pemuda pilihan mereka, saudara saya langsung  setuju dan dalam beberapa pekan menikah. Mau tahu alasannya mengapa  saudara saya begitu cepat mengambil keputusan untuk menerima sang pemuda  pilihan orang tua nya? Yang pertama adalah pilihan orang tua adalah  pilihan terbaik, karena pilihannya sudah melewati banyak seleksi dan  sudah disesuaikan dengan karakter dan kepribadiannya. 

Kedua adalah  sebuah bakti terakhir seorang anak sebelum ia berumah tangga, ia hanya  berharap Allah SWT ridho kepada dirinya karena telah membahagiakan orang  tua nya. Bukankah ridho Allah tergantung ridho orang tua. Alhamdulillah  kini ia sangat bahagia dengan suami dan anak anaknya walau perlu waktu  panjang untuk menumbuhkan cinta kepada suaminya. Dengan kesabaran, cinta  itu hadir membersamai indahnya kebersamaan dalam rumah tangga.

Cerita sahabat senior saya lain lagi. Beliau menikah dengan seorang  aktifis dakwah kampus. Menikah dengan perantara seorang guru mengaji.  Guru mengaji ini yang mencarikan pasangannya berdasarkan kesesuaian  visi, misi, pandangan, dan beberapa poin lainnya. Pasangan ini menikah berlandaskan agama, sama sama ingin menyempurnakan setengah agamanya dan  mempunyai niat yang sama untuk membentuk kelurga dakwah serta menjadi  jalan tersebarnya agama Islam ke masyarakat. Mengenai cinta, cinta hadir  begitu saja karena mahligai rumah tangga nya sepenuhnya ia serahkan  semua sama Allah SWT. Allah SWT yang menyatukan dan Allah SWT lah yang  akam memberikan rasa cinta dan sayang. Sebuah ketaatan dan ketundukan  luar biasa kepada Allah SWT.

Tapi masalah yang ingin di bahas disini mengapa cinta itu tak kunjung datang?

Kita lihat dari sisi sang istri. Sejak awal menikah, sudah kah memiliki  tekad yang kuat untuk menjadikan rumah tangga nya sakinah, mawaddah dan rahmah. Sudahkah selama ini ia menjalankan peran sebagai seorang istri  dan ibu dalam tuntunan agama Islam seperti telah dicontohkan Rosul dan Sahabat. Sudahkah pelayanan dan pengabdian yang diberikan kepada suami  dilandasi keikhlasan semata mata karena mengharap ridho Allah SWT. 

Masalah cinta adalah masalah hati. Tetap memohon kepada Allah SWT agar  hati ini diberikan rasa cinta kepada sang suami. Allah SWT yang membolak  balikkan hati, sangat mudah untuk Allah SWT memberikan rasa cinta.  InsyaAllah saat seorang istri ikhlas dan tulus melayani suami, memahami  hak dan kewajiban seorang istri, cinta itu akan tumbuh bersemi.

Kita lihat dari sisi sang suami. Sebagai seorang qowwam atau pemimpin  dalam rumah tangga, seorang suami harus memiliki visi dan misi mau di  bawa kemana biduk rumah tangga yang akan dijalaninya. Bagaimana ia punya  strategi dalam rumah tangga agar tercapai sakinah, mawaddah dan rahmah dalam naungan cinta dan ridho Allah SWT. Bagaimana ia menyiapkan diri  untuk mendidik dan membimbing istri serta anak agar sama sama melangkah  sesuai dengan tuntunan Alquran dan hadits. Bagaimana ia menyiapkan  materi yang dibutuhkan keluarga. Karena salah satu masalah yang sering  dihadapi dalam rumah tangga adalah kekurangan materi sehingga suami  istri disibukan mencari materi sehingga ada yang terabaikan seperti komunikasi keluarga. Atau bahkan kekurangan materi menjadi sebab  retaknya rumah tangga. Salah satu pilar ketahanan keluarga adalah sang  suami piawai membawa anggota keluarga saat kekurangan maupun kelebihan. Suami sebagai penanggung jawab keluarga dan contoh teladan  yang baik seharusnya memahami dengan baik seluruh kebutuhan lahir dan batin  anggota keluarganya. Termasuk pemenuhan kebutuhan cinta dan sayang anak istri  dan anggota keluarga lain yang ada dirumah.

Terakhir  adalah selalu ada Allah SWT di atas segalanya. Di atas semua suka, semua  duka, semua derita gantungkan semua kepada Allah SWT. Tetap jaga dengan  baik hubungan dan ikatan dengan Allah SWT agar apapun yang terjadi  dalam rumah tangga sebagai ladang amal dan pahala kebaikan yang akan  membawa kita dalam derajat ketakwaan yang tinggi.

 Wallahu'alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun