Melihat dari sisi judul saja, masih begitu asing bukan? Namun, itu adalah buah dari kesengajaan. Sengaja, sebab merupakan sumber inspirasi akronim, singkatan apik yang ditujukan kepada sebuah tujuan mulia yang bernama "Pembelajaran Efektif". Kemampuan menggali potensi siswa agar "mau dan cinta belajar" ternyata membutuhkan teknik-teknik eksklusif.
Teknik Pakde (Paduan Kumpulan Ide) adalah kumpulan gagasan yang dibuat oleh penulis dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang efektif sehingga pembelajaran yang dilakukan sangat begitu berkesan dan menyenangkan bagi siswa (Learning is fun).Karena, dengan diawali dari rasa senang itulah, maka belajar tidak lagi dianggap sebagai suatu beban. Kalau sudah demikian, para siswa secara suka rela akan mengikuti proses pembelajaran dengan enjoy,giat serta mempunyai target mengejar prestasi melalui trik-trik jitu yang harus dijalani.
Sementara itu, berbagai teknik Pakde berhasil dirancang dan telah diaplikasikan oleh penulis di sekolah dasar merupakan sebagai hasil dari manifestasi gambaran para pakar serta rujukan pelbagai sumber dalam mendefinisikan makna Pembelajaran Efektif. Diantaranya, yang tertuang dalam (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990) bahwa Efektif dapat diartikan  sebagai sesuatu yang ada efeknya, akibatnya, pengaruhnya, kesannya; manjur atau mujarab serta dapat membawa hasil; berhasil guna. Sedangkan menurut (Cronbach, 1963), belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam buku Psikologi Pendidikan, (Djiwandono, 2002) memberikan penjabaran bahwa pembelajaran yang efektif hendaknya mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Berpijak pada pendapat, definisi yang telah terangkum di atas, maka terwujudlah Teknik Pakde. Serangkaian inovasi yang tertuang di dalamnya haruslah tetap memprioritaskan testimoni satu arah yakni; siswa. Pembelajaran yang efektif tentu saja tidak terlepas dari pengakuan siswa selaku obyek yang dituju. Seberapa pun berani kita mengklaim bahwa pembelajaran yang kita lakukan adalah sangat efektif, namun manakala ternyata murid-murid secara aklamasi justeru memberikan kesaksian yang buruk, tentu yang kita pegang adalah suara nilai pengakuan dari siswa-siswi yang memang merasakan apa yang mereka alami secara riil.
Pembelajaran akan efektif, bila seluruh siswa dan siswi merasa dapat ilmu baru dengan suasana belajar yang menyenangkan. Mereka akan selalu giat belajar, bahkan tanpa disuruh dengan sendirinya anak didik berjibaku bahu-membahu berkompetisi dengan teman lainnya guna menuju sebuah kesuksesan. Untuk mewujudkan suasana yang demikian, ternyata peran serta sosok seorang guru benar-benar sangat dinantikan dan tidak boleh dianggap sepele. Guru haruslah pandai-pandai selalu mencari ide, terobosan baru untuk memunculkan kreativitas yang mampu memompa semangat siswa sehingga menjadi terpacu karenanya.
Inovasi seorang guru dalam rangka mencari solusi pembelajaran yang efektif, sangatlah dituntut di sini. Sehingga setiap materi yang disampaikan kepada siswa hendaknya mempunyai efek disukai, menyenangkan. Dengan demikian, seluruh anak didik tidak jemu-jemunya selalu berupaya berangkat ke sekolah dikarenakan tergerak oleh rasa suka yang begitu besar guna ingin meraih prestasi tertinggi. Tidak terlalu berlebihan, jika kembali mengingat saran (Dewey, 1955), bahwa agar siswa mengalami proses KBM yang baik, guru harus merancang pembelajaran agar siswa terlihat aktif, upaya yang ditempuh antara lain dengan dengan memakai media belajar yang tepat
Secara keseluruhan, pemberian nama berbagai teknik dan program yang terkumpul pada Teknik Pakde, didasarkan pada tingkat keunikan nama. Keunikan nama bisa didapat dari pertimbangan kesan familiernya, kelucuannya atau nama yang mampu mengundang rasa keingintahuan siswa kepada sesuatu yang diprogramkan oleh guru. Hal ini dilakukan agar siswa mempunyai animo yang begitu tinggi terhadap teknik yang ditawarkan oleh sang guru tersebut. Berikut ini, ada beberapa teknik yang terhimpun dalam Teknik Pakde yang dapat dilaksanakan guna menuju pembelajaran yang efektif di sekolah dasar:Â
1. Membiasakan Jujur dalam Berprestasi dengan Sistem Cenil
Sebenarnya kata Cenil merupakan nama sebuah makanan khas yang sudah ada dari jaman dulu yang terbuat dari bahan dasar aci singkong. Namun, untuk kali ini sengaja meminjam kata tersebut tidak lain bertujuan guna lebih menarik perhatian para siswa. Cenil di sini mempunyai arti Celengan Nilai. Setiap siswa diwajibkan mempunyai Cenil ini. Media yang dipergunakan adalah bisa berupa bambu yang diberi lubang untuk memasukkan kertas koin nilai. Atau dapat pula menggunakan celangan plastik yang sudah jadi di pasaran. Nilai ulangan harian, nilai tugas dapat diwujudkan dalam kertas koin yang dapat dimasukkan ke dalam Cenil.
Cenil dapat dibuka secara berkala. Misalnya, seminggu sekali setiap hari Sabtu. Hasil dari pembukaan Cenil yang berisi kertas koin tersebut, kemudian dicatat oleh masing-masing siswa dengan disaksikan oleh seorang Menteri (siswa yang ditunjuk oleh guru dengan pertimbangan kepiawaiannya dalam hal berhitung). Nilai yang tertera di kertas koin yang sudah dikeluarkan dari dalam Cenil, lalu di rekap ke dalam Lembar Cenil. Â Lembar Cenil adalah lembar sederhana yang dibuat dari karton yang digunakan untuk sampul menjilid kertas HVS dalam pembuatan paper. Membiasakan dengan menggunakan Lembar Cenil ini efeknya luar biasa. Setiap siswa menjadi tumbuh keinginannya untuk berkompetisi.
 Cara menggunakan Lembar Cenil ini pun sangatlah mudah. Masing-masing siswa menuliskan nilai yang didapat pada setiap ulangan harian sampai dengan ulangan mid semester di kolom Lembar Cenil yang dibuat, bahkan ulangan umum semester tertentu juga dimasukkan tanpa terkecuali. Penulisan Lembar Cenil haruslah jujur sesuai dengan perolehan asli nilai ulangan yang didapatnya. Guna mengantisipasi tindak kecurangan, maka guru menunjuk beberapa siswa yang bertindak sebagai menteri yang membawahi sekitar 4 sampai 5 teman sebagai anggota. Tugas utama dari menteri adalah membantu teman dalam menghitung perolehan nilai.
Lembar Cenil dibuat sebanyak jumlah pelajaran yang akan dinilai. Ada Lembar Cenil Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan pelajaran-pelajaran lainnya. Dengan menggunakan Lembar Cenil ini, setiap siswa, guru juga wali murid akan mampu mengontrol peningkatan maupun penurunan nilai yang didapatnya dalam minggu tertentu. Hal inilah yang kemudian membuat siswa menjadi anak yang merasa dihargai prestasinya. Mereka akan menjadi sadar, jika hasil ulangan dari waktu ke waktu sangatlah berarti. Tidak ada mata pelajaran yang disepelekan atau dianaktirikan oleh anak didik kita.
Mengapa harus ada Cenil? Karena, (Pupuh Fathurrahman, 2007) memberi penjabaran tentang pengelolaan kelas berarti kegiatan sebagai wujud pengajaran yang terencana dan disetting menjadi belajar secara nyata, dengan kontrol evaluasi sistematik serta langusng ada timbal balik .
2. Mengontrol karakter siswa dengan menggunakan Sistem Baper
Baper(Buku Aplikasi Poin Karakter) mempunyai arti sebuah buku yang dibuat dengan garis tabel yang secara spesial dialokasikan untuk mencatat penambahan dan pengurangan poin yang diberikan oleh guru atas dasar karakter positif maupun karakter negatif siswa dalam keseharian. Artinya, setiap siswa melakukan hal yang positif, misalnya menolong teman, berani maju berpidato, berpuisi, menghafal pelajaran di depan kelas dan masih banyak perbuatan terpuji lainnya selalu diberi penghargaan berupa sejumlah poin yang telah teridentifikasi mengenai berapa dan apa saja peruntukan poin tersebut. Begitu pula sebaliknya, bila melakukan hal negatif, misalnya berkelahi akan berakibat pada pengurangan poin.
Sikap siswa, apabila dibiarkan begitu saja, tanpa ada perhatian dalam bentuk penghargaan yang mengarah pada nilai, tentu mereka akan bersikap semaunya saja. Mengapa? Karena segala sikap yang diperlihatkan, menurut mereka tidak ada efek yang berkaitan dengan penilaian nanti di rapor. Perasaan demikian, apabila terus ditumbuhkembangkan akan memunculkan anggapan pada siswa yang selalu apatis terhadap tindak-tanduknya selama ini. Lain halnya jika skala sikap dikontrol dengan keberadaan Lembar Baper. Kehadiran Lembar Baper, akan mendikte mereka kepada tujuan bersikap yang lebih baik. Sebab, tidak ada sikap baik yang mereka perlihatkan kepada kita selaku guru, kecuali selalu diberi tambahan poin. Sebaliknya, manakala sikap jelek yang peserta didik selalu pamerkan kepada guru, pasti diberi sanksi dengan hal pengurangan poin. Ini akan berimbas pada tingkat prestasi siswa nantinya. Akumulasi Cenil, Baper dan program lainnya akan menciptakan hasil penilaian yang obyektif dan memuaskan siswa serta wali murid.
3. Mengembangkan Bakat dan Potensi anak didik melalui Gugem
Gugem dapat diuraikan sebagai Panggung Gembira. Panggung Gembira yang dimaksud adalah acara parade penampilan siswa yang diselenggarakan di halaman sekolah, di aula bagi yang sudah punya, baik menggunakan panggung yang sesungguhnya maupun tidak.
 Program ini diadakan sebagai wahana untuk menampung aspirasi anak didik serta sebagai ajang memupuk bakat anak dengan menyelenggarakan metode Panggung Gembira satu kali dalam seminggu. Acara ini dilaksanakan seminggu sekali di halaman sekolah atau aula bagi yang sudah memilikinya. Jangan sekali-kali menganggap sepele dengan acara pentas seperti ini. Melalui penampilan yang mereka peragakan di depan dewan guru dan teman-teman dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, secara tidak langsung telah memberi bekal yang sangat berguna kepada anak didik kita semenjak dini. Bekal keberanian, bekal mental tampil di depan publik, bekal bebas berkreasi dengan hal-hal positif.
Dalam acara panggung gembira dapat diisi dengan berbagai penampilan-penampilan seperti pidato, ceramah, bernyanyi, menari, membaca puisi, bermain drama, bermain alat musik yang mereka kuasai atau mungkin menampilkan cabang olahraga yang dapat memancing teman-teman menjadi lebih terbakar semangatnya. Bagi siswa yang telah berani tampil di acara panggung gembira, baik perseorangan maupun dalam kelompok penampilan tertentu, maka selalu akan mendapatkan poin dan dimasukkan di Lembar Agenda Panggung Gembira.
4. Memasang Pantasi di Setiap Kelas
Kepanjangan dari Pantasi adalah Papan Prestasi. Dengan jalan memasang papan prestasi di kelas, maka setiap peserta didik akan dapat melihat perkembangan prestasinya dalam setiap minggu atau bahkan setiap hari. Papan prestasi terdiri dari tabel yang memuat nomor urut, nama anak, jumlah nilai beserta Peringkat untuk masing-masing siswa. Nilai yang dicatat di papan prestasi merupakan nilai akumulasi dari berbagai lembar yang telah diciptakan. Mereka dengan sendirinya akan mengakui kelebihan dan kelemahan masing-masing. Karena seluruh penilaian dilakukan secara transparan. Di sini, guru bertindak membimbing serta mengarahkan cara-cara yang harus dilakukan oleh mereka.
Dengan bantuan guru, menggunakan aplikasi Microsoft Office Excel, maka pemeringkatan akan dapat dilakukan secara cepat dan terhindar dari kesalahan. Untuk menambah intensitas rasa percaya siswa dan juga pemanfaatan teknologi berbasis smartphone, maka file Excel yang telah dikemas dengan rumus perankingan sistem otomatis dapat dimasukkan ke dalam handphone android sehinggan pendataan pun mampu dilakukan pada saat itu juga di hadapan para siswa. Bagi siswa yang pada minggu berjalan, mengalami kenaikan peringkat, maka saat bersamaan akan mendapatkan tambahan poin yang dapat dimasukkan lagi dan ditambahkan di Lembar Baper. Adapun fungsi Pantasi sesungguhnya adalah bertugas memonitor perkembangan prestasi siswa secara jujur, obyektif dan bertanggung jawab. Status Papan Prestasi dapat di lihat siapa saja. Karena dipajang di depan kelas, disisi kiri atau kanan dari papan tulis yang ada.
Â
5. Mengiringi kehidupan murid dengan Wakuncer
Ada lagi kegiatan unik namun sangat dinantikan oleh anak didik yakni Wakuncer(Waktu Kumpul dan Bercerita). Sepintas, sepertinya terlihat tidak begitu penting berbicara mengenai hal bercerita ini. Namun, tahukah Anda bahwa justeru dengan model bercerita, mereka akan lebih memahami materi karakter yang sedang diajarkan. Pendekatan melalui bercerita, banyak menghasilkan perilaku yang sangat positif. Wakuncer, dapat dilakukan di dalam kelas masing-masing, maupun dengan cara mengumpulkan seluruh murid di aula atau jika tidak memungkinkan boleh di halaman sekolah. Bahkan bisa dilakukan sistem jemput bola dengan jalan mendekati siswa-siswi yang sedang berkumpul di halaman sekolah, di taman dan lain sebagainya. Kemudian berbaur bersama mereka, lalu bercerita.Â
Salah satu guru yang memang punya bakat dan piawai dalam hal bercerita secara maksimal, berinteraksi, bercerita tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan kebaikan. Jika guru tampil mempesona, tentulah mereka akan menyimak dengan seksama. Apalagi ditunjang dengan pembawaan guru yang memang pandai menarik perhatian siswa. Niscaya, dengan begitu antusiasnya, para murid akan mendengarkan alur cerita dari awal hingga akhir. Bahkan, sangat mungkin sekali jika dalam acara Wakuncer, siswa juga diberi kesempatan bercerita tentang segala hal yang mereka alami. Sehingga akan terjalin suasana harmonis, bagaikan seorang anak dengan orang tuanya.
Berdasarkan dari uraian yang telah terpaparkan dari awal hingga akhir, dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa pembelajaran akan efektif, jika guru berperan aktif berani tampil menyusun strategi terbaru yang mampu mencuri perhatian anak didik. Sehingga benar-benar menghasilkan dampak terbaik, berdaya guna. Â Teknik Pakde dapat dijadikan sebagai acuan yang dapat diterapkan di sekolah-sekolah lainnya. Hasil akhir dari keunggulan teknik ini, mau tidak mau kita harus jujur sejujur-jujurnya agar seyogianya dikembalikan kepada penilaian siswa-siswi sebagai tujuan utama dalam pelaksanaan pembelajaran itu sendiri. Semangat siswa, senangnya siswa, kompetisi siswa dalam berprestasi adalah bukti nyata bahwa mereka menerima teknik yang kita terapkan. Semoga, cita-cita untuk mewujudkan sistem pembelajaran yang efektif di sekolah kita, Negeri kita tercinta Indonesia akan menjelma menjadi kenyataan. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Cronbach, L. J. (1963). EducationalPsychology. New York: Harcourt, Brace & World.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.
Dewey, J. (1955). Perihal Kemerdekaan dan Kebudayaan. Jakarta: Saksana.
Djiwandono, S. E. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo.
Pupuh Fathurrahman, dkk. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama. Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H