Salju turun di atas atap rumah para warga. Seorang gadis berusia sekitar 14 tahun dan juga berambut biru navi dengan mata kuningnya keluar untuk bermain salju. Jarang-jarang ia bermain salju karena salju turun setahun sekali. Lagipun ia selalu dilarang oleh ibunya untuk keluar rumah semenjak kasus 3 tahun yang lalu. Tapi kali ini dia mendapat pembelaan dari ayahnya dan dengan gembira, ia langsung memakai sweeter kesayangannya. Tapi hal ini tidaklah seperti yang diharapkannya.
"Niiru!" teriak seseorang dari kejauhan
Seorang gadis berambut merah muda panjang memanggilnya dengan raut wajah yang kesal. Akira langsung menoleh dan tersenyum lebar kepadanya, ia ingin mengatakan kalau baru kali ini dia sangat senang sebab dia diizinkan oleh ayahnya untuk bermain salju. Niatnya dia mau mengajak gadis itu bermain juga tapi...
"Kenapa kau selalu menghilang saat teman-teman yang lain bermain kerumahku?"
"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Ucap Niiru agak cemas.
"Kau tidak pernah ada saat aku membutuhkanmu. Tapi aku selalu ada jika kau membutuhkanku." Ucapnya lancang seraya berjalan maju.
"Aa..aku tidak seperti itu, kau tau kan aku selalu dilarang oleh ibuku?" Bantah Niiru.
"Tapi ini berlebihan! tidak mungkin, aku tidak percaya itu aku yakin kau tidak mau melihatku iyakan!" Teriak gadis itu dihadapan Niiru. Matanya mulai memerah dan berbinar, Niiru menggenggam tangannya dan berkata "kalau iya kenapa?" seketika Ellen menangis sekuat-kuatnya membuat semua orang melihat dan terganggu termaksud ibu dan ayah Niiru.
"Maafkan aku Ellen aku tidak bermaksud melakukan itu, hanya saja aku benci padamu.. kau bilang padaku kau akan selalu ada untukku, tapi kejadian di bulan April lalu sudah membuat hatiku sakit." Jelas Niiru pada Ellen, sahabatnya.
"Apa?.. apa aku membuat kesalahan? biar tau aku! Aku akan memperbaiki diriku"
Niiru mengeluarkan sebuah bola bening kecil dari saku sweeternya, Ellen tercengah melihat bola itu, sangat indah.. Tapi itu tak seindah kisahnya yg telah terjadi di bulan April yang lalu.
"Kau ingat bola ini? Saljunya masih ada lihatlah"
Ellen yang hanya terdiam langsung mengambil bola itu dan melihatnya dengan saksama, bola itu berisi sebuah gumpalan kapas yang putihnya seperti salju.
"salju..di bulan..April."
"Iya, kau memberinya untukku kan? Aku masih menyimpannya dan aku bertanya apa kau masih menyimpan bando yang kuberi saat ulang tahunmu Juli kemarin?" Tanya Niiru dengan nada gemetar.
"Ti..tidak bandonya ku berikan ichika."
Betapa perih hatinya kalau ia tau bando pemberiannya diberikan kepada orang lain, Niiru hanya tersenyum tipis untuk menutupi rasa sakit dihatinya, namun sorot matanya tidak bisa dibohongi, matanya memerah. Sementara Ellen melihat hal itu diam saja.
"Kau membuat salju ini bukan denganku tapi dengan ichika, benarkan?"
"Bagaimana kau tau!"
"Hei aku punya mata aku bisa melihatmu di koridor sekolah kau menghabiskan banyak waktu dengannya, dan kau kembali kepadaku hanya karna kau kesepian teman macam apa kau." Ucap Niiru.
Ellen yang menyadari hal ini mengerti dengan perkataan Niiru, itu alasan kenapa Niiru menjauhinya tiba-tiba, tapi Ellen tidak peduli dan berfikir kalau Niiru memang sengaja menjauhinya, kemudian ia mengambil bola salju dari tangan Niiru lalu menghempaskannya.
 "Ma..maafkan aku Niiru."
"Hahaha. Untuk apa minta maaf kau tidak melakukan apa apa sekarang."
"Tapi kejadian itu? apa yang kau rasakan, pasti sakit iya kan?"
"Hmm tidak juga.. Tapi di waktu itu sangat sakit, Kalau sekarang masih menghayat di hati tapi tak masalah kejadian itu sudah sangat lama."
Tiba-tiba saja ia menampar wajah Niiru. Entah apa yang ada dipikirannya, Niiru sontak kaget dan memegangi pipinya tapi ia tidak mengatakan apa apa.
"TAMPAR AKU! TAMPAR AKU!! Â Kita teman kan? katanya kalau teman itu seperti cermin, jika kita sedih dia sedih, kalau kita senang ia juga senang, Aku mau kau seperti cerminku."
Tentu saja hal ini membuat mata Niiru membulat sempurna dalam sekejap keduanya terdiam. Hingga Ellen berjalan maju dan memeluk tubuh Niiru dengan erat, air mata membasahi sweeter kesayangan Niiru, Niiru juga membalas pelukannya. Â Kini Ellen sadar kenapa sedari dulu ia tidak menyadari hal itu. Kini bulan Desember, seperti yang Niiru pernah bilang pada Ellen, awal tahun baru ia akan pindah dan tidak akan menyelesaikan sekolahnya bersama Ellen sampai wisuda. Ia akan sekolah di tempat lain. Penyesalan Ellen membuatnya tak sempat lagi untuk bertemu dengan Niiru, hanya terakhir ini saja.
"Niiru!"
"Kalau aku ambil lagi bandonya pada Ichika kau akan tetap tinggal disini?"
"Tidak perlu, aku hanya menuruti perkataan ayahku."
"Kau akan selalu berkunjung ke sini kan?"
"Mungkin... Â 6 bulan sekali."
"Jangan bercanda."
"Iya..iya, tapi itu mustahil.
Ellen menatap wajah Niiru dalam dalam kemudian ia menggenggam kedua tangan Niiru yang dingin dan mengucapkan kalimat terakhirnya.
"Kau janji akan balik lagi kan? Walaupun sepuluh tahun kemudian, iya kan!" Ucap Ellen dengan wajah sembab dan percaya dirinya.
"ya..aku janji"
Keduanya tertawa lepas setelah mengungkapkan perasaan mereka masing masing dan terlihat salju turun di atas mereka. Keduanya sama-sama mengadah ke atas, lalu sebutir salju turun di atas hidung Ellen seketika itu matanya meneteskan air mata terakhir di depan sahabatnya..
"terima kasih Niiru..."
***
2 minggu kemudian
Hari itu datang begitu cepat, banyak sekali hal-hal yang menyenangkan terjadi antara Niiru dan Ellen. Kemarin Ellen datang kerumahnya Niiru untuk yang terakhir kalinya, ia memberi bando yang imut untuk Niiru sebagai kenang-kenangan. Niatnya Niiru ingin memberi sesuatu untuk Ellen tapi ia lupa, Niiru bergadang semalaman untuk membuat sesuatu yang akan ia berikan ke Ellen.
"Bagaimana sudah beres barang-barangmu?" Ucap ayah yang memasukkan barang-barang ke dalam mobil.
"Hmm ya ayah, tapi ayah apakah aku boleh bertemu dengan Ellen untuk terakhir kalinya?"
Alis ayahnya terangkat dan tersenyum tipis seraya merendahkan tingginya dengan Niiru, lalu ayahnya memengang pipinya lembut seraya berkata.
"Simpan saja rindunya di hati ya sayang."
Mengerti apa yang dimaksud ayahnya, ia langsung tertunduk lalu mengadah lagi dan tersenyum kepada ayahnya. "ya ayah..aku paham." Maksudnya, Niiru paham kalau sudah tidak punya waktu banyak untuk mampir kerumah Ellen. Hanya saja ia sedikit kecewa, bagaimana cara ia memberi hadiah kenang- kenangannya pada Ellen? Tanpa berpikir panjang, Niiru langsung bersiap-siap dan tak lupa ia memakai sweeter kesayangannya dan membawa tas sekolah yang tidak begitu berat.. Ia keluar rumah dan memasang spanduk di depan pintu, yang bertuliskan "RUMAH INI DI JUAL" Lalu mereka pun berangkat.
Selama perjalanan, Niiru tidak berbicara dengan orang tuanya dan hanya  menatap jendela seraya memandangi perjalan yang akan ia tempuh hingga sampai ke stasiun pesawat, selalu Ellen yang ada di pikirannya, ia memikirkan janji yang telah ia buat, kalau ia akan kembali ke Shibuya kapanpun walau itu sepuluh tahun kemudian. Bola salju April ada di tangannya dan satu lagi barang yang ingin ia jadikan hadiah kenang-kenangan untuk Ellen. Tiba-tiba sesuatu terlintas di pikirannya, ia tau cara agar hadiah ini bisa sampai ke Ellen walau tak bertemu.
"Selamat tinggal Shibuya. Selamat tinggal Ellen"
***