Mohon tunggu...
Mohamad Sholeh
Mohamad Sholeh Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang pekerja sosial lanjut usia di PONDOK LANSIA BERDIKARI sholehsja@gmail.com/Hp. 081317977984

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersalahkah Menitipkan Orangtua di Panti Lantaran Kesibukan?

26 April 2014   09:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:11 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_333417" align="aligncenter" width="265" caption="Foto: Koleksi Pondok Lansia Berdikari. Oma Sri Suparti (penghuni) dan Umroh (petugas) dari Pondok Lansia Berdikari sedang foto bareng usai mengikuti kegiatan makan siang bersama bersama lansia yang lain."][/caption]

Tulisan ini tadinya bukan bermaksud ingin memberikan pembelaan terhadap ‘anak (kandung) yang sengaja menitipkan orangtua (sendiri) di panti jompo’. Namun dari sekian pengalaman dan pengamatan sederhana ketika berada di luar dan di dalam panti jompo, tampaknya sudah seharusnya jika ada anak yang bertindak demikian tersebut di atas harus mendapat pembelaan.

Sebelumnya saya ingin mengucapkan beribu maaf sebelum melanjutkan menulis karena khawatir mungkin dapat menyinggung perasaan. Terlebih-lebih memojokkan budaya leluhur tentang “mikul duwur, mendem jero” yang inti maknanya anak itu harus membanggakan kedua orangtua. Penulis pun menyadari sebab apabila ingin menempatkan pada posisi paling netral sekalipun pun, rasanya juga juga berat.

Disadari atau tidak, arus globalisasi saat ini terus mendorong dan mempengaruhi manusia untuk/agar dengan cepat beradaptasi dengan kemajuan yang telah mempengaruhi sistem budaya kita. Khususnya globalisasi yang menyuguhkan tentang terus lunturnya budaya leluhur yang mengajarkan orangtua jika sudah memasuki lanjut usia, maka anak memiliki kewajiban merawat sendiri orangtuanya sebagai bentuk balas budi karena dahulu kita pernah dilahirkan dan dibesarkan. Di zaman sekarang ini, alasan kesibukan, aktivitas kerja yang padat, jarak yang jauh pun mulai tidak digunakan. Alhasil, banyak manusia mengikuti globalisasi dan akhirnya menitipkan orangtuanya di panti jompo.

Pengaruh globalisasi paling kentara adalah hubungan anak dan orangtua yang tentunya semakin hari semakin renggang. Kesibukan yang hampir menyita seluruh waktu membuat sang anak memiliki sedikit waktu untuk memikirkan orang tua. Terlebih-lebih untuk merawatnya. Sekarang ini adalag masa dimana banyak orang tua menghabiskan sisa umurnya di panti jompo.

Tidak hanya itu, globalisasi juga membawa perubahan pada tatanan tipe kuarga yang semua besar kini mengalami pergeseran menjadi keluarga kecil. Hal semacam ini banyak kia jumpai di perkotaan. Keluarga satu dengan keluarga lainnya tak lagi berdeketan. Bahkan jaraknya pun ada yang tidak dapat dijangkau dalam waktu singkat. Dahulu, ayah, ibu, kakek, nenek, keponakan, sepupu, dapat dijumpai dalam satu blok, sekarang, sangat sulit mencari tipe keluarga yang demikian. Dahulu, ayah/ibu ketika sakit dan anak-anaknya tidak ada di dekatnya, masih ada kerabat terdekat yang merawatnya, karena memang lokasinya berdekatan. Sekarang jelas berbeda, kanan dan kiri rumah adalah tetangga, bahkan ada yang tidak kenal atau mau ngenal seperti banyak di jumpai di perumahan-perumahan. Agar aman, pilihan perawat atau panti jompo kerap kali menjadi alternatifnya sebagai peran pengganti.

Lalu, yang menjadi pertanyaan ini tulisan ini adalah bersalahkan kita jika menitipkan orangtua dengan alasan kesibukan, aktivitas kerja yang padat, jarak yang jauh?

Dalam tulisan ini, penulis menjawab membolehkan yang tentunya memiliki dasar dan alasannya.

Pertama, percayalah jika kesepian itu sangat tidak menyenangkan. Saya pernah berdiskusi dengan puluhan lansia yang saya rawat di Pondok Lansia Berdikari di BSD Sektor 1.6, Griya Loka, Jalan Kubis Raya, Blok A3/10. Hasilnya, kesepian itu membuat lansia sangat menderita. Mengapa demikian? Lansia adalah masa dimana manusia terus mengalami penurunan secara fisik, mental/pikiran dan daya inderanya. Dapat kita semua bayangkan, betapa tidak enaknya disaat manusia mengalami serba keterbatasan justru malah sendirian. Saya yakin, jika Anda memiliki orangtua yang demikian, dapat merasakan betapa ngilu perasaan kita melihat orangtua yang demikian. Ingin makan susah, mengambil minum sulit, sementara badan terasa sakit-sakitan.

Kedua, percayalah jika panti jompo/pondok lansia tidak seburuk seperti yang kita persepsikan. Umumnya panti benar-benar menjamin unsur pokok yang dibutuhkan lansia, papan, sandang dan pangannya. Jika waktunya makan pagi, siang, dan sore/malam ada yang menyediakan, jika waktunya ganti popok ada yang menggantikan, bahkan jika kesepian ada petugas yang menemani mengisi waktu kosong itu untuk dihibur.

Ketiga, percayalah jika Anda terpaksa sama sekali tidak dapat merawat orangtua sendiri itu bukan perbuatan durhaka sehingga berakibat dosa selama Anda bertanggung jawab penuh atas apa-apa yang dibutuhkan oleh orangtua.

Contoh kasus:

Anda bekerja di Amerika dan telah mapan di sana. Anda meritin usaha itu dari enol hingga dapat besar seperti sekarang. Setelah kondisi Anda seperti sekarang, ternyata orangtua Anda (kandung) sudah memasuki masa lansia dan mengharapkan Anda pulang ke kampung halaman untuk merawat sendiri di rumah kampung halaman. Konsekuensi yang Anda ambil adalah meninggalkan semua usaha yang telah Anda rintis tersebut dari enol. Sementara opsi orangtua di rawat di Amerika dia tolak dengan alasan tidak betah/kerasan. Jika Anda berfikir rasional, pilihan mana yang akan di ambil? Saya yakin, ini keputusan yang sangat sulit dan banyak orang terjebak dalam masalah seperti ini.

Solusi yang paling bijak adalah Anda tetap bekerja di Amerika, terus bekerja demi masa depan yang lebih baik untuk anak dan cucu kelak. Sebagai pengganti bakti pada orangtua, Anda dapat mempekerjakan seorang perawat di rumah atau menaruhnya di panti dengan mengganti semua kebutuhan yang diperlukan selama merawat orangtua Anda.

Percayalah, berbakti pada orangtua itu banyak sekali bentuknya, dan Anda harus pandai-pandai memilihnya demi kebaikan semua. Jangan sampai pilihan yang Anda ambil menjadi bumerang bagi diri sendiri.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad SAW) tentang apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah, “Apa saja harta (yang baik) yang kamu nafkahkan, maka untuk ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan (yang memerlukan pertolongan).” Dan apa saja kebajikan yang kamu lakukan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Q.S. al-Baqarah [2]: 215).

Percayalah, yang termasuk dosa adalah apabila kita merasa berat, terbebani atau direpotkan dengan mengurus orangtua, kemudian menyerahkan pada panti jompo untuk merawatnya. Kita merasa jijik mengurus orangtua yang sudah uzur dan buang airnya tidak lagi terkontrol, lalu menyerahkan pekerjaan yang kita anggap kotor itu kepada panti jompo, walaupun semua biaya panti jompo kita yang menanggungnya.

Keempat, percayalah merawat orangtua jarak jauh itu sangat merepotkan. Kenyataan yang ada adalah lelah, payah dan akhirnya mengeluh. Perbuatan yang demikian justru menimbulkan dosa lantaran kita tidak ikhlas dalam meyani/merawat orangtua. Belum lagi, maksud baik kita dinilai keliru oleh kerabat maupun orangtua kita sendiri. Terlebih-lebih kondisi orangtua kita sudah sakit-sakitan. Tentunya kita akan semakin lelah, letih dan akhirnya stres yang mengganggu semua aktivitas. Belum lagi jika ada kejadian seperti jika mereka terjatuh di kamar mandi atau lupa sudah minum obat atau belum dan mereka menyangkalnya, atau hal-hal tersebut dapat membahayakan kesehatan mereka yang harus ditangani segera. Tentunya Anda akan semakin terkucilkan.

Terkahir, sebenarnya sudah menjadi kodrati jika manusia terlahir jika diberikan panjang umur pasti akan memasuki masa lansia atau menjadi tua. Siapapun itu pasti akan mengalami berkulit keriput, dan rambut sebagia bahkan ada yang semua berubah putih. Sebab itulah, sudah kodratnya pula harus mendapat pertolongan oleh yang muda. Sebab itulah, kewajiban Anda selaku anak harus tetap berlebih dan bertanggung jawab untuk tetap mengurusnya meskipun menggunakan tenaga bantuan orang lain sebagai pengganti.

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun