Mohon tunggu...
Afriandi Prasetya
Afriandi Prasetya Mohon Tunggu... pegawai negeri -

suami dari seorang istri yang menakjubkan, dan ayah dari seorang anak yang tampan dan dua orang anak yang cantik http://pondokecil.wordpress.com http://tbws.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Alah Limau oleh Benalu

19 Februari 2011   03:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:28 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Peribahasa yang jadi judul tulisan ini barangkali sedikit diketahui orang jaman sekarang. Lahir dari budaya dan fenomena di perkebunan di mana tumbuhan benalu mematikan pokok limau yang menjadi inangnya sehingga tidak beroleh panen yang baik karena mati sebelum sempat berputik, digambarkan dengan sangat indah dalam cerpen berjudul "Taman Benalu" karya Damhuri Muhammad. Benalu adalah sekelompok tumbuhan parasit yang tumbuh pada pokok tumbuhan lain, menghasilkan getah yang lengket.

Sewaktu saya kecil suka memanjat pokok jambu, sering mendapati benalu menempel pada batang jambu, warna daun dan batangnya menyaru dengan inangnya sehingga tak nampak perbedaannya kecuali dilihat dari jarak dekat. Burung-burung yang memakan biji benalu membuang kotorannya di pokok, kemudian dari biji itu melembaga dan akarnya melekat ke dahan, mengambil sari makanan dari pokok inangnya. Apabila tidak dibasmi, pokok inangnya tidak mampu berputik karena kekurangan nutrisi. Pernah benalu itu saya lepas dari pokok untuk ditanam di tanah, tetapi ia tidak mampu tumbuh bahkan mati.

Walau belum cukup kajian secara ilmiah dilakukan, beberapa jenis benalu diaku-aku dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan herba, seperti benalu teh untuk obat anti kanker, benalu limau sebagai obat amandel, sedangkan benalu umum sebagai obat campak.

Kembali kepada judul tulisan, peribahasa ini ditujukan kepada orang yg merugikan atau menguasai orang atau tempatnya menumpang. Benalu adalah tumbuhan berkelompok, sehingga dapat diperluas tujuan peribahasa tersebut kepada kelompok masyarakat atau kelompok keyakinan tertentu yang dianggap merugikan atau menyusahkan hidup masyarakat tempat dia menumpang. Sebagaimana benalu punya sedikit manfaat yang belum teruji secara ilmiah bahkan lebih banyak merugikannya, begitupula kelompok tersebut lebih banyak mudaratnya daripada manfaat yang dapat diambil darinya.

Jika sejatinya orang atau kelompok tersebut bukan bersifat benalu, ia pasti mampu untuk secara mandiri mengembangkan dan memenuhi kebutuhan diri baik secara jiwa maupun materi apabila keluar dari dan tidak bergantung kepada masyarakat tempatnya menumpang. Namun jika tak mau dipisahkan karena tak mampu tumbuh dengan sendirinya, polahnya tak ubah bak benalu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun