Mohon tunggu...
POLTAK EFRISKO BUTARBUTAR
POLTAK EFRISKO BUTARBUTAR Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional Development - Sokrates - Binus Creates

Hanya ingin berbagai untuk kemajuan Pendidikan di Indonesia, khususnya dalam penerapan teknologi dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bahasa Inggris Bukan Mapel Wajib

27 September 2022   16:37 Diperbarui: 27 September 2022   16:44 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari terakhir ini penulis sering melihat diskusi maupun tulisan mengenai nasib mata pelajaran (Mapel) Bahasa Inggris yang tidak lagi menjadi mata pelajaran wajib di sekolah. 

Artinya sekolah dapat memilih untuk tidak lagi memasukkan mapel Bahasa Inggris dalam daftar mata pelajaran yang akan dipelajari oleh pembelajar di sekolah mereka. 

Di mana ini tentunya akan berdampak bagi para guru pelajaran Bahasa Inggris termasuk juga Lembaga-lembaga penyedia tenaga expert dalam Bahasa inggris serta persepsi orang tua yang akan menilai jika Bahasa inggris bukan lagi hal yang penting untuk dipelajari.

Padahal jika seseorang yang mampu berbahasa Inggris yang baik tentunya akan memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak mampu dalam berbahasa Inggris.

Masalah seperti ini bukanlah masalah yang pertama dalam dunia Pendidikan kita, tentunya masih segar di ingatan kita ketika Mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di hapus dari mata pelajaran pada Kurikulum 2013.

Banyak guru TIK yang merasakan dampaknya sampai-sampai beberapa guru TIK melakukan inisiatif untuk melakukan demonstrasi atau beraudiensi kepada beberapa pengambil kebijakan di negeri ini. 

Tetapi tetap saja tidak memberikan perubahan yang cukup berarti dan jika ditelusuri lebih lanjut mata pelajaran Informatika juga tidak menjadi mata -pelajaran wajib dalam rancangan undang-undang sisdiknas yang baru.

Tetapi penulis belum melihat reaksi keras yang dilakukan oleh para Guru Informatika seperti dulu pada saat TIK dihapus di kurikulum 2013, mungkin karena merasa sudah mulai terbiasa dengan tidak adanya TIK di sekolah sehingga tidak lagi memberikan rasa kekwatiran lagi bagi para guru informatika.  

Penulis sendiri cukup terkejut dengan membaca rancangan ini dimana pada pasal 81 rancangan undang-undang (RUU) Sisdiknas tidak memasukkan lagi Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib karena yang tercantum disana hanya mapel Pendidikan agama, Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,  seni dan budaya, Pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kecakapan hidup, dan muatan lokal. 

Sangat jelas dalam rancangan undang-undang tersebut akan pelajaran yang wajib meskipun ada point mata pelajaran keterampilan/kecakapan hidup serta muatan lokal tentunya ini akan sangat ditentukan oleh kondisi sekolah dalam memasukkan mata pelajaran tersebut sebagai mata pelajaran wajib.

Sebagai salah satu contoh di sekolah A yang memiliki kemampuan finansial yang memadai maka dia akan membuat mata pelajaran muatan lokal yang juga bergengsi untuk pelajarnya seperti mata pelajaran coding, robotic, Bahasa mandarin, Bahasa Jerman, Seni Musik, Seni rupa atau pelajaran yang mungkin memerlukan biaya yang cukup besar.

Sedangkan sekolah yang finansialnya menengah ke bawah tentunya akan mencari mata pelajaran muatan lokal yang memerlukan atau bahkan tidak mengeluarkan biaya sama sekali.

Tentunya ini juga menjadi sebuah perhatian bagi para pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan karena bagaimanapun semua adalah anak bangsa dan tentunya harus diperlakukan secara adil dalam menerima Pendidikan yang berkualitas. 

Bahasa Inggris mungkin akan menjadi salah satu pilihan untuk dijadikan sebagai mata pelajaran keterampilan atau muatan lokal karena tentunya tidak akan memerlukan biaya karena hampir semua sekolah memiliki guru Bahasa Inggris jadi para guru Bahasa Inggris tidak perlu kwatir akan bergeser  dan tidak memiliki tempat lagi di sekolah.

Tetapi satu hal yang harus diperhatikan dalam pola pengajaran Bahasa inggris adalah bagaimana anak-anak tersebut ketika belajar Bahasa inggris menjadi mahir berbahasa inggris bukan seperti sebelumnya dimana di sekolah belajar Bahasa inggris tetapi mahir Bahasa inggris di tempat kursus Bahasa inggris.

Apapun kebijakan yang diambil oleh pemerintah, percayalah kalau itu semua demi kebaikan Pendidikan kita untuk mempersiapkan generasi pengganti yang lebih baik dan hal ini akan dapat tercapai jika kita semua memberikan perhatian pada proses Pendidikan di negeri kit aini. Salam Merdeka Belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun