Mohon tunggu...
POLTAK EFRISKO BUTARBUTAR
POLTAK EFRISKO BUTARBUTAR Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional Development - Sokrates - Binus Creates

Hanya ingin berbagai untuk kemajuan Pendidikan di Indonesia, khususnya dalam penerapan teknologi dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menerapkan Metode Gamification melalui LMS

29 April 2020   14:41 Diperbarui: 29 April 2020   14:46 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak dimulainya program pemerintah, belajar di rumah tentunya membawa permasalahan baru dalam dunia pendidikan kita baik dari kalangan siswa, guru dan orang tua.

Siswa belum terbiasa belajar secara online dan belajar secara mandiri karena selama ini masih sangat tergantug dengan suapan materi dari Guru sehingga ketika dia harus belajar sendiri di rumah karena kondisi dan situasi yang terjadi saat ini ada kegalauan tersendiri bagi peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal ini tentunya sangat wajar karena selama ini masih sangat jarang guru mengajari siswa cara belajar (learn how to learn), Guru lebih banyak dan lebih terbiasa menerapkan metode konvensional dengan menyuapi siswa dengan materi-materi buku pelajaran yang mereka gunakan di sekolah.

Dari sisi Guru masih sangat jarang untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran mereka, alhasil mereka hanya menggunakan teknologi yang paling mudah mereka gunakan yaitu media sosial dengan segala keterbatasan yang media sosial miliki dan pada akhirnya Guru hanya dapat mengirimkan tugas melalui media sosial dan siswa mengirimkan tugas dengan menggunakan media sosial juga yang pada ujungnya siswa mengeluh karena setiap hari hanya mengerjakan tugas dan tugas yang menumpuk dari Guru hingga mengadu ke KPAI.

Orang tua juga menjadi pihak yang sangat merasakan dampak dari belajar di rumah karena bagaimanpun ketika anak belajar di rumah tanggung jawab berpindah kepada Orang tua sedangkan banyak orang tua yang belum siap dalam mengemban tanggung jawab sebagai pendidik, apalagi orang tua yang juga pekerja atau pengusaha dimana waktu mereka terbatas untuk memonitor tugas-tugas sekolah anak-anak mereka.

Wajar jika banyak orang tua yang mengeluhkan program ini dan merasa beban orang tua menjadi bertambah dikarenakan mereka harus pandai-pandai membagi waktu untuk membantu anak-anak mereka untuk belajar dan menyelesaikan pekerjaan mereka sendiri. Meskipun dari sisi positifnya, orang tua menjadi lebih tahu betapa beratnya tugas Guru dalam mendidik anak-anak mereka di sekolah. Dengan demikian, jangan sekali-kali orang tua meremehkan pekerjaan Guru karena orang terdidik sekalipun belum tentu bisa mendidik.

Apa yang dialami oleh peserta didik, Guru, dan orang tua dalam dunia baru pendidikan kita saat ini adalah hal yang wajar karena kita baru pertama kali menghadapi permasalahan berat seperti yang kita alami saat ini. 

Sisi positifnya, stakeholder dunia pendidikan kita dipaksa untuk berubah oleh keadaan yang terjadi saat ini dan bukan tidak mungkin jika Covid 19 tidak hadir di tengah-tengah kita dunia pendidikan kita tidak akan berubah. Masih segar dalam ingatan penulis ketika berkeliling sekolah-sekolah untuk mensosialisasikan integrasi teknologi dalam dunia pendidikan melalui workshop dan seminar yang dilakukan oleh lembaga Sokrates-Binus Creates, masih banyak para Guru yang kurang peduli dan merasa belum perlu mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajarannya terlebih para Guru-guru senior yang sudah puluhan tahun mengajar dan merasa metode yang dia gunakan masih baik sedangkan dunia saat sudah berubah dengan sangat cepat.

Belajar dari permasalahan yang dihadapi oleh Peserta didik, Orang Tua, dan Guru serta pengalaman penulis dalam melaksanakan proses pembelajaran, maka penulis mencoba memberikan solusi dengan menggunakan LMS (Learning Management System) dengan metode Gamification. Adapun langkah yang dapat dilakukan oleh Guru adalah sebagai berikut :

  1. Guru memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang cara belajar secara mandiri dengan kata lain guru mengajarkan siswanya cara belajar bukan mengajari akan materi ajar yang telah ditentukan dalam kurikulum. Proses penyampaian dapat menggunakan aplikasi teleconference supaya ada interaksi langsung dengan peserta didik
  2. Pilih dan gunakan LMS untuk memasukkan materi ajar baik dalam bentuk video, tulisan maupun dalam bentuk slide presentasi untuk membuat siswa lebih memahami materi ajar, buat forum diskusi mengenai materi yang diajarkan dan terakhir memasukkan kuis atau soal untuk mengukur pemahaman siswa akan materi yang disampaikan oleh Guru.
  3. Dalam LMS guru akan memasukkan semua materi ajar yang akan dia kuasai selama 1 semester, dengan menyusun perbabnya sehingga siswa sudah mengetahui materi-materi yang akan dia pelajari selama 1 semester.
  4. Metode belajar yang digunakan adalah Gamification, artinya peserta didik tidak dapat melanjutkan ke bab berikutnya jika dia tidak meyelesaikan bab sebelumnya. Contohnya. Si A tidak akan dapat masuk ke bab 2 kalau dia belum membaca materi bab 1, belum memposting opininya di forum diskusi, mengerjakan projectnya dan terakhir menjawab kuisnya. Jika si A sudah menyelesaikan tugasnya di Bab 1 maka dia baru bisa masuk ke bab 2. Jadi mirip dengan permainan game yang saat ini digemari oleh anak-anak di zaman milenial ini.
  5. Guru akan memonitor semua siswa melalui LMSnya karena Guru akan dapat melihat semua aktivitas siswa dan tentunya Guru akan memberikan feedback dari setiap tahapan yang akan dilakukan oleh peserta didik.
  6. Bagaimana jika peserta didik menyelesaikan semua materinya lebih cepat? Guru akan menyiapkan materi berikutnya sehingga semakin cepat peserta didik menyelesaikan tugasnya maka akan semakin banyak ilmu yang dia akan dapatkan. Bisa juga dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik tersebut untuk belajar pengetahuan lain sesuai dengan minat dan potensinya sehingga peserta didik tidak merasa terbebani dalam mengikuti proses pembelajarannya.
  7. Soal dan project dibuat yang mengarah pada HOTS (Higher Order Thinking Skills) dengan bentuk yang bervariasi tidak hanya pilihan ganda dan essay tetapi bisa juga menjodohkan, True or False dan bentuk lain yang sekiranya membuat siswa untuk berpikir dan mengeluarkan semua kemampuan yang dia miliki.
  8. Untuk memberikan motivasi bagi peserta didik untuk menyelesaikan setiap bab yang dia pelajari, Guru dapat memberikan reward berupa simbol penghargaan bagi peserta didik (seperti tanda bintang) dengan demikian peserta didik akan lebih bersemangat dalam menyelesaikan bab-bab selanjutnya.

Tidak ada metode pembelajaran yang sempurna tetapi kita tidak akan tahu kesempurnaan sebuah metode tanpa kita pelajari, terapkan, analisa dan evaluasi. Jika Guru-Guru di Nusantara dapat menerapkan hal ini tentunya belajar dari rumah tidak akan jadi masalah karena siswa sudah terbiasa belajar secara mandiri apalagi jika Guru membuat soal-soalnya dalam bentuk HOTS dan Guru harus siap melakukan hal tersebut demi meningkatkan kualitas pendidikan di Nusantara. Salam Merdeka Belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun