Mohon tunggu...
Pollung Sinaga
Pollung Sinaga Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar | Konten Kreator

Menulis adalah satu cara memberi tanpa meminta, menabur benih tanpa mengharapkan panen. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil (2nd Mile).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masih Pakai Top Down Tradisional Feedback? Akh, Basi!

15 Maret 2024   10:22 Diperbarui: 15 Maret 2024   10:40 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pemberian feedback, siswa tidak cukup hanya diberi umpan balik seperti, 'bagus Nak', 'hasil kerjanya sudah mantap', 'good job' namun lebih dari itu guru perlu mengajukan pertanyaan yang menggali lebih dalam pemahaman siswa atau dengan pernyataan terbuka sehingga siswa mengalami proses pembelajaran yang lebih bermakna dan menantang. Misalnya, guru bisa saja berkata: "Gambarnya bagus! Saya paham mengapa kamu menggambar sapi dengan hanya 3 kaki, tapi bisakah kamu menjelaskannya?"  

6. Feedback memerlukan pembiasaan

Sahabat pembelajar, seperti dipaparkan sebelumnya bahwa feedback bisa saja positif (pujian) atau negatif (kritikan), ya kan? Pertanyaannya, apakah siswa sudah terbiasa melakukan "kritik" yang santun terhadap cara guru mengajar dan sudahkah guru membiasakan diri menerima umpan balik? Atau guru masih menganggap dirinya superior dan siswa adalah inferior sehingga si inferior tidak pantas memberi umpan balik kepada si superior? Di sisi lain, tidak jarang guru memosisikan diri bersikap defensif yaitu sikap enggan mengakui kekurangan dan merasa malu atas kritikan yang mungkin saja disampaikan secara ofensif oleh siswa atau teman sejawat. Padahal fungsi dari feedback adalah untuk perbaikan. Menurut Schwartz (2017) bahwa guru perlu melatih dan membiasakan diri sendiri memberi dan menerima umpan balik agar siswa juga memiliki kapasitas memberi dan menerima umpan balik. Dengan kata lain, gurulah menjadi model pembiasaan feedback bagi siswa.

7. Feedback diberikan secara berjenjang (Ladder of Feedback)

Dalam upaya melatih siswa agar terbiasa dan terampil memberi umpan balik, guru dapat memulainya dengan menerapkan Ladder of Feedback yang dikemukakan oleh Sonya terBorg berikut ini. Guru dapat memulai dari jenjang bawah (klarifikasi) sampai jenjang tertinggi (apresiasi). Dalam satu pertemuan, misalnya, sahabat tidak harus mengimitasi semua pertanyaan atau pernyataannya sekaligus mengingat alokasi waktu pemberian feedback yang terbatas, silakan pilih dan sesuaikan dengan kebutuhan saja.

Berikut ini adalah contoh feedback yang dapat diterapkan di kelas:

Klarifikasi

  • Apa yang kamu maksud dengan ...
  • Bisa tolong jelaskan lagi tentang ...
  • Bagaimana itu bisa terjadi?
  • Apakah kamu yakin dengan ...

Penilaian

  • Bagian ini efektif karena ...
  • Ini menarik karena ...
  • Ini ide yang bagus untuk ...

Perhatian

  • Saya membayangkan bagaimana jika ...
  • Apakah mungkin jika ...
  • Saya belum paham bagaimana ...
  • Bagaimana kamu bisa...
  • Saya paham mengapa kamu menyimpulkan demikian, tapi bisakah kamu menjelaskan tentang ...
  • Bisa kamu ceritakan apa yang akan kamu lakukan berikutnya?

Saran

  • Pernahkah kamu berpikir tentang ...
  • Bagaimana kalau menambahkan ...
  • Bisakah kamu menghapus bagian ...
  • Bagaimana jika ...
  • Apakah kamu sudah mempertimbangkan ...

Apresiasi

  • Idemu mengingatkan saya pada ...
  • Saya bisa melihat pekerjaan ...ini bisa saya gunakan juga
  • Saya belajar ... dari jawabanmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun