kurikulum merdeka dan apa saja yang harus dilakukan guru untuk memberhasilkan implementasi kurikulum. Menurut Permendikbudristek No. 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses bahwa pendidik atau guru berperan merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses pembelajaran. Nah, dalam pelaksanakan pembelajaran, guru diharapkan mampu menciptakan suasana yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, dan menumbuhkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa.
Sahabat Pembelajar senang rasanya ketemu lagi dengan sahabat semua. Kali ini kita bincang-bincang ringan seputarMari kita urai satu persatu ya!
1. Pembelajaran yang Interaktif
Bila guru mendominasi pembicaraan di kelas, mendewakan metode ceramah, otoriter dan sering marah-marah, lebih suka didengarkan daripada mendengarkan siswa, tidak mau disela atau diganggu saat menerangkan, maka dapat dipastikan suasana kelas seperti kuburan di malam hari, hihihi ... Boro-boro interaktif, guru malah terkesan hiperaktif, hahaha ...
Perlu sahabat pahami bila suasana pembelajaran yang interaktif tidak otomatis ada di semua kelas dan tidak pula melekat pada semua guru. Diperlukan upaya kolektif dan berkelanjutan agar siswa memiliki keberanian mengutarakan pendapat, ide, dan gagasan kepada guru maupun sesama siswa. Disinilah peran guru sebagai fasilitator diuji apakah mampu membangun interaksi dialogis antara guru dengan siswa, sesama siswa, dan antara siswa dengan materi/lingkungan belajar. Banyak sih cara meningkatkan pembelajaran yang interaktif, misalnya menciptakan suasana yang nyaman, nada suara yang lembut dan ramah, mengajukan pertanyaan yang menstimuli, pertanyaan yang menantang, atau pertanyaan terbuka sehingga siswa terpancing untuk interaktif. Ketimbang bertanya, "Kamu absen karena malas ya?", boleh diganti dengan, "Mengapa kamu sering absen, Nak?" Ingat, interaksi yang terbangun di kelas harusnya dilakukan secara dialogis bukan monologis, produktif bukan destruktif, sistematis bukan apatis, serta terkoneksi langsung dengan materi, sumber, dan lingkungan belajar.
2. Pembelajaran yang InspiratifÂ
Mungkin sahabat pembelajar pernah membaca tulisan  William Arthur Ward: Guru yang biasa-biasa hanya bisa menceritakan, guru yang baik mampu menjelaskan, guru yang unggul mampu mendemonstrasikan, sementara guru yang hebat bisa menjadi inspirasi. Nah, guru inspiratif pasti mampu melaksanakan pembelajaran yang inspiratif, yaitu pembelajaran yang dirancang untuk memberi keteladanan dan menjadi sumber inspirasi positif bagi siswa. Siswa terdorong membaca karena meniru kebiasaan guru yang gemar membaca, siswa akan termotivasi menghasilkan karya literasi atau karya publikasi apabila gurunya membiasakan diri menulis. Guru yang ramah, disiplin, konsisten, dan kompeten biasanya akan menjadi guru idola di sekolah dan menjadi inspirasi bagi banyak siswa. Namun, maaf seribu kali maaf, bagi guru yang sering absen dan merokok di sembarang tempat, apa mungkin berani menasihati siswa agar tidak absen dan tidak merokok? Hahahaha ...
3. Pembelajaran yang MenyenangkanÂ
Pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang menimbulkan energi positif, rasa nyaman, aman, gembira, menarik, bebas dari bullying, menghargai gender, siswa tidak merasa terintimidasi atau tertekan, dan satu lagi yang penting adalah mengakomodasi karakteristik dan kebutuhan belajar siswa. Dengan demikian setiap siswa di kelas dianggap penting dan terlayani dengan baik. Mungkin juga guru perlu belajar bahasa gaul dan kekinian, menyisipkan guyonan-guyonan edukatif, atau memperagakan beberapa trik sulap yang membuat suasana rileks di kelas. Jangan lupa, lakukan ice breaking bila konsentrasi mulai terbagi dan rasa bosan siswa mulai muncul. Bila pembelajaran menyenangkan, tujuan pembelajaran pasti tercapai. Pendek kata, jadikanlah sekolah menjadi taman yang menyenangkan bagi semua siswa.
4. Pembelajaran yang MenantangÂ
Saat siswa terdorong untuk pengen tahu lebih banyak dan bergairah mempelajari hal-hal baru menjadi salah satu indikasi guru telah berhasil menciptakan suasana pembelajaran yang menantang. Untuk menegaskan pembelajaran yang menantang, guru perlu mempersiapkan materi yang variatif, dengan tingkat kesulitan yang beragam, disampaikan dengan metode yang berbeda-beda, serta ditopang media yang sesuai. Sesekali siswa diajak keluar dari ruang kelas yang pengap dan sempit itu dan berselancar ilmu di taman atau perpustakaan digital sekolah. Menantang bukan hanya pada materi dan penyampaian, namun juga pada penilaian. Misalnya, guru sesekali menguji pemahaman siswa dengan 2 jenis instrumen berbeda: pilihan ganda dan essay sekaligus, maksudnya soal pilihan ganda tadi diubah menjadi essay dan diberikan sekaligus kepada siswa. Nah, guru tinggal menyiapkan lembar observasi seberapa menantangkah teknik penilaian itu bagi siswa atau mungkin mereka bingung. Saat siswa bingung, itu juga menjadi hal yang menantang, hahaha... Bila biasanya tagihan belajar siswa dalam bentuk tes, cobalah dalam bentuk poster, infografis, video, atau demonstrasi. Atau, mulailah menyajikan materi dan membuat soal-soal HOTS. Intinya, guru harus kreatif dan inovatif serta perlu menghindari yang monoton dan berulang.
5. Pembelajaran yang MemotivasiÂ
Setiap orang memerlukan motivasi untuk berhasil, baik motivasi internal maupun eksternal. Saat siswa mendemonstrasikan hasil diskusi kelompok dengan kurang lancar, guru hebat akan memberi penguatan, dorongan, dan kata-kata motivasi agar siswa dapat menyelesaikan presentasinya dengan gemilang. Sebaliknya guru biasa akan membentak dan menyuruh siswa duduk dan mengganti dengan siswa yang dianggap lebih pintar. Konyol kan!
Di samping memotivasi dengan ucapan, guru juga perlu banyak mendengar, memberikan reward atas keberhasilan, membiasakan terjadinya kolaborasi dan kompetisi, dan menghargai setiap siswa sebagai pribadi yang unik sehingga keberhasilan belajar diukur dari keunikan masing-masing individu siswa. Analogi ini menjadi perenungan bagi guru: di kelas dengan pembelajaran yang memotivasi, ikan akan semakin pintar berenang dan burung akan semakin pintar terbang. Bukan sebaliknya, ikan dipaksa untuk terbang, hahaha...
6. Pembelajaran yang Menumbuhkan Prakarsa, Kreativitas, dan KemandirianÂ
Dalam Kurikulum merdeka terdapat 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila sebagai kompas bagi pendidik dan pelajar dalam mencapai karakter dan kompetensi yang didasari nilai-nilai luhur Pancasila, di antaranya 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) mandiri; 3) bergotong-royong; 4) berkebinekaan global; 5) bernalar kritis; dan 6) kreatif. Lagi-lagi kita harus akui peran guru sangat sentral dalam menumbuhkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa. Untuk itulah mereka berguru di sekolah. Tumbuhnya  prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa sangat tegak lurus dengan 5 hal berikut ini: Pertama, apakah sekolah benar-benar melaksanakan projek penguatan profil pelajar pancasila; kedua, kegiatan-kegiatan pembiasaan apa yang dicanangkan di sekolah; ketiga, ekstrakurikuler apa yang ditawarkan kepada siswa untuk mengoptimalkan potensi, bakat, dan minat siswa; keempat, kegiatan lomba atau kompetisi apa saja yang diikuti siswa di dalam dan luar sekolah; serta kelima, metode apa saja yang dikembangkan guru dalam pembelajaran, pernahkah guru menerapkan problem based learning, inquiry, discovery learning, dan atau project based learning, atau bertahan dengan metode ceramah. Hehehe ...
Sahabat pembelajar, sahabat sudah makin paham 'kan 6 suasana pembelajaran yang harus diciptakan guru di kelas merdeka yaitu suasana yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, dan menumbuhkan prakarsa, kreativitas, dan kemandirian siswa. Sahabat mau mencoba atau hanya mengelus dada!
Okey Sahabat Pembelajar, tidak terasa kita sudah berada di akhir tulisan ini. Sebelum pamit, ijinkan saya mengutip kata-kata bijak dari 3 tokoh yang berhasil mengubah dunia untuk Anda semua:
- Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia (Nelson Mandela)
- Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup selamanya (Mahatma Gandhi)
- Kemarin aku pandai, jadi aku ingin mengubah dunia. Hari ini aku seorang bijak, jadi kuputuskan untuk mengubah diriku sendiri (Maulana Jalaludin Rumi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H