Mohon tunggu...
Pollung Sinaga
Pollung Sinaga Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar | Konten Kreator

Menulis adalah satu cara memberi tanpa meminta, menabur benih tanpa mengharapkan panen. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil (2nd Mile).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

8 Kesalahan dalam Memaknai Kurikulum Merdeka

24 Februari 2024   16:52 Diperbarui: 6 Maret 2024   12:09 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembelajaran muatan lokal dapat dilakukan melalui tiga metode, yaitu:

a) Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran lain. Sekolah bersama dengan pemerintah daerah dapat menentukan Capaian Pembelajaran (CP) untuk muatan lokal yang kemudian dapat dipetakan ke dalam mata pelajaran lainnya.

b) Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam tema projek penguatan profil pelajar Pancasila. Sekolah dapat mengintegrasikan muatan lokal ke dalam 7 tema projek penguatan profil pelajar Pancasila. Sebagai contoh, projek dengan tema kewirausahaan dilakukan dengan mengeksplorasi potensi kerajinan lokal, projek dengan tema perubahan iklim dapat dikaitkan dengan isu-isu lingkungan di wilayah tersebut, dan   projek dengan tema suara demokrasi diintegrasikan dengan sistem musyawarah yang dilakukan masyarakat adat untuk memilih pemimpin adat.  

c) Mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler. Sebagai contoh, mata pelajaran bahasa dan budaya daerah, kemaritiman, kepariwisataan, dan sebagainya sesuai dengan potensi masing-masing daerah. Sekolah yang  membuka mata pelajaran khusus muatan lokal, beban belajarnya maksimum 2 JP per minggu, tanpa ada jam untuk projek.

5. Pelaksanaan Pembelajaran & Penilaian Tambah Ribet

Aduh! Tunggu dulu sahabat! Sebaliknya, pembelajaran dalam kurikulum merdeka lebih simple. Masih ingat kan dalam kurikulum 2013, sahabat harus merencanakan, mengasah, dan menilai kompetensi siswa  pada ranah sikap religius, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan secara terpisah dan dipampangkan di buku rapor siswa? Nah, di kurikulum merdeka, kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dilakukan secara terintegrasi baik dalam perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian pembelajaran. Asyik kan? Yang perlu diingat, kurikulum merdeka menggunakan istilah assesmen untuk penilaian dan berbeda dari kurikulum sebelum-sebelumnya yang mengagungkan penilaian sumatif dan angkernya ujian nasional, kurikulum merdeka lebih menekankan asesmen formatif dibanding asesmen sumatif.
6. Pembelajaran Berdiferensiasi Menjadi Satu-Satunya Pendekatan Yang Digunakan

Benarkah demikian? Faktanya, kurikulum merdeka membuka seluas-luasnya penggunaan berbagai model, pendekatan, metode, stategi, dan teknik pembelajaran. Silahkan guru bereksplorasi dengan mempertimbangkan apakah model, pendekatan, metode, stategi, dan teknik pembelajaran tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa, materi yang diajarkan, dan kemampuan guru menerapkannya.

7. Kegiatan Ekstrakurikuler Digantikan Oleh Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

OMG! Ini hoax! Sekolah malah diwajibkan untuk menyelenggarakan kegiatan EKSTRAKURIKULER sebagai wadah pengembangan karakter dalam rangka perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian siswa secara optimal yang dilakukan di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler di bawah bimbingan dan pengawasan sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler musti dikelola secara sistematis dan terpola agar bermuara pada pencapaian tujuan, termasuk memberikan dampak positif dalam penguatan Profil Pelajar Pancasila

8. Hanya Bisa Diimplementasikan Di Sekolah Dengan Fasilitas Lengkap

Ini parah nih! Ini adalah pandangan yang keliru karena Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang fleksibel, kurikulum yang dapat diterapkan di sekolah mana pun, termasuk sekolah dengan fasilitas minim. Jadi, semua sekolah bisa mengimplementasikan Kurikulum Merdeka tanpa perlu memikirkan apakah sarana prasarana yang ada sudah memadai atau belum. Hal yang terpenting adalah adanya kemauan dan dukungan seluruh warga sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun