Sebagaimana yang sudah digambarkan Nabi -shalallahu alaihi wassalam-, tabiin adalah generasi terbaik setelah sahabat, tentunya di sini ada penurunan kualitas. Begitulah kalau dipandang dari kacamata sahabat. Bagaimana jika disbandingkan dengan saat ini yang tidak mendahulukan kualitas keduanya? Belum lagi jam belajar di sekolah hanya 2 jam kemudian saat ini dirubah jadi 4 jam dalam sepekan. Permasalahan yang kompleks.
Belum lagi jumlah mata pelajaran yang banyak. Jumlah mata pelajaran terlalu banyak. SMA 16 mata pelajaran, SMP 14 mata pelajaran, yang wajib 11. Ini terlalu berat buat siswa, dan gurunya pun tidak efektif. Hal ini diakui oleh pengamat pendidikan Muhammad Ramli Rahim sekaligus Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia periode 2016-2021.
3. Metode Mengajar
Berkaitan dengan metode mengajar, Rasulullah sendiri dalam hadits punya metode mengajar yang sangat banyak disesuaikan dengan kebutuhan, sesuai tempat, orang yang diajak bicara, supaya tidak bosan dst.
Misal dalam Hadits Arbain Nawawi. Ada banyak metode menyampaikan materi kepada para sahabat. Pada hadits pertama Rasulullah menyampaikan dengan metode ceramah dan menyampaikan fakta.
Kemudian di hadits kedua Rasulullah menggunakan metode diskusi (hiwar) berkenaan dengan hadits Jibril. Selanjutnya di hadits yang ketiga Rasulullah menyampaikan dengan metode caramah lagi. Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah pengarang kitab Arrasul Almuallim menjelaskan bahwa Rasulullah mempunyai 40 metode dalam menyampaikan materi kepada para sahabatnya. Menyampaikan ilmu adalah pahala tersendiri. Sedangkan mengikuti metode Rasulullah dalam penyampaian ilmu juga pahala sendiri.
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas, seharusnya kita sebagai umat Islam tidak boleh minder atas kemajuan barat dalam hal Teknologi. Rasulullah sebagai panutan sudah memberikan contoh secara gamblang. Keharusan bagi umat ini untuk menggali. Contoh dalam hal skill bahasa Zaid bin Tsabit (bukan hanya kokoh dalam bidang agama) hanya butuh 17 hari untuk mempelajar bahasa Suryani. Dibandingkan dengan generasi umat Islam saat ini yang diajari bahasa Inggris mulai SD hingga kuliah tidak bisa bicara juga tidak bisa menulis.
Oleh : Herman Anas
Mahasiswa pascasarjana UIN KHAS JEMBER