Mohon tunggu...
Polisman Halawa
Polisman Halawa Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer

Saya adalah seorang content writer yang berfokus pada pembuatan konten berkualitas , menarik, dan dioptimalkan untuk SEO. Dengan kemampuan riset yang kuat dan gaya penulisan yang adaptif, saya mampu menghasilkan konten yang relevan bagi berbagai audiens, baik untuk blog, artikel, media sosial, maupun kebutuhan pemasaran digital lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Karakter Zilenial: Bekerja Sedikit Namun Mengharapkan Gaji Besar

12 September 2024   14:12 Diperbarui: 12 September 2024   14:29 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Zillenial, gabungan antara Gen Z dan Milenial, membawa perubahan signifikan dalam cara berpikir dan pendekatan terhadap dunia kerja. Mereka dikenal dengan keinginan kuat untuk mencapai keseimbangan yang sehat antara karier dan kehidupan pribadi.

Namun, di balik tren ini, terdapat stigma bahwa mereka cenderung ingin bekerja lebih sedikit tapi berharap mendapatkan gaji besar. Berikut akan dibahas mengenai karakteristik Zillenial dalam dunia kerja, alasan di balik pola pikir mereka, serta dampak dan tantangan yang mereka hadapi.

1. Pergeseran nilai dalam dunia kerja

Generasi sebelumnya, seperti Baby Boomers dan Gen X, dikenal dengan etos kerja yang tinggi, di mana kerja keras, jam kerja yang panjang, dan kesetiaan pada perusahaan dianggap sebagai kunci sukses karier. Di sisi lain, Zillenial melihat dunia kerja dari sudut pandang yang berbeda. 

Bagi mereka, jam kerja yang panjang bukanlah tanda keberhasilan, melainkan hambatan untuk mencapai kebahagiaan dan keseimbangan hidup. Zillenial lebih menghargai fleksibilitas, kreativitas, dan otonomi dalam bekerja. 

Mereka cenderung memilih pekerjaan yang memberi kebebasan untuk berinovasi, menggunakan teknologi digital untuk bekerja secara remote, dan menghindari rutinitas yang membosankan. Bagi mereka, pekerjaan yang dinilai berdasarkan hasil, bukan jumlah jam kerja di kantor, jauh lebih menarik. 

2. Kemajuan teknologi dan harapan ekonomi

Salah satu faktor yang mendorong Zillenial ingin bekerja lebih sedikit namun menginginkan gaji yang lebih tinggi adalah kemajuan teknologi. Teknologi digital memungkinkan mereka bekerja dengan lebih efisien, dan mereka tumbuh dalam dunia yang terhubung secara global. 

Aplikasi otomatisasi, platform freelance, dan pekerjaan remote telah membiasakan mereka dengan cara kerja yang lebih cepat dan cerdas, mengurangi kebutuhan akan metode kerja tradisional yang sering kali penuh birokrasi dan formalitas.

Zillenial berpendapat bahwa teknologi seharusnya mempermudah pekerjaan dan meningkatkan produktivitas, sehingga waktu yang dihabiskan untuk bekerja bisa dipangkas. 

Berdasarkan pandangan ini, mereka yakin bahwa upaya minimal dapat menghasilkan output yang besar, sehingga mengharapkan gaji yang sesuai dengan hasil tersebut, bukan berdasarkan waktu atau proses kerja yang ditempuh. 

3. Ekspektasi gaji yang tinggi

Banyak survei menunjukkan bahwa Zillenial memiliki ekspektasi gaji yang lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya pada usia yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. 

Pertama, mereka tumbuh di era media sosial, di mana kesuksesan material sering kali dipamerkan dan dijadikan tolok ukur keberhasilan. Mereka terpapar pada gaya hidup mewah dan cerita tentang kesuksesan instan, yang membentuk pandangan bahwa keberhasilan finansial dapat dicapai dengan cepat.

Kedua, meningkatnya biaya hidup, terutama untuk perumahan dan pendidikan, membuat Zillenial merasa bahwa gaji tinggi adalah kebutuhan, bukan sekadar keinginan. Mereka beranggapan bahwa untuk bisa hidup nyaman, mereka memerlukan pendapatan yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan dasar sekaligus mendukung gaya hidup yang lebih fleksibel dan dinamis. 

4. Tantangan dalam lingkungan kerja

Meskipun Zillenial sering dikritik karena dianggap terlalu "pemilih" dalam memilih pekerjaan, kenyataannya mereka menghadapi tantangan tersendiri di dunia kerja. Perusahaan yang masih menerapkan sistem tradisional sering kali memandang mereka sebagai kurang berkomitmen atau tidak sabaran. 

Ekspektasi Zillenial terhadap fleksibilitas dan peluang yang lebih besar sering kali berbenturan dengan struktur organisasi yang kaku.
Selain itu, mereka juga kerap berhadapan dengan persepsi negatif dari generasi sebelumnya, yang meyakini bahwa kerja keras dan jam kerja panjang adalah satu-satunya cara menuju kesuksesan. 

Hal ini dapat memengaruhi interaksi mereka dengan rekan kerja lintas generasi dan menimbulkan frustrasi dalam hal perkembangan karier dan kenaikan gaji. 

5. Pola pikir efisiensi: sedikit usaha, banyak hasil

Zillenial lebih percaya pada efisiensi dan "smart working" daripada "hard working." Mereka cenderung mencari cara untuk mengoptimalkan waktu dan tenaga guna mencapai hasil maksimal dengan usaha minimal. Terbuka terhadap inovasi, aplikasi, dan metode baru, mereka selalu mencari cara untuk mempermudah pekerjaan. 

Pola pikir ini membuat mereka tertarik pada pekerjaan berbasis teknologi, seperti pemasaran digital, desain grafis, pengembangan perangkat lunak, serta profesi kreatif lainnya yang memungkinkan kebebasan berkarya tanpa terikat waktu dan tempat.

Bagi Zillenial, pekerjaan ideal adalah yang memberi kebebasan bekerja dari mana saja dan kapan saja, dengan penilaian berdasarkan hasil, bukan proses. Harapan ini memaksa perubahan besar dalam dunia kerja, di mana perusahaan harus beradaptasi dengan tuntutan akan fleksibilitas dan kesempatan karier yang lebih terbuka.

6. Menyongsong masa depan pekerjaan: adaptasi atau tantangan?  

Di masa depan, dunia kerja tampaknya akan semakin berubah sesuai dengan keinginan Zillenial yang mengharapkan keseimbangan antara bekerja lebih sedikit namun mendapatkan lebih banyak. Banyak perusahaan mulai menerapkan sistem kerja hybrid, remote, atau berbasis proyek, yang memberi karyawan lebih banyak fleksibilitas. 

Namun, masih ada tantangan dalam menyelaraskan harapan dari berbagai generasi di tempat kerja. Bagi perusahaan, beradaptasi dengan ekspektasi Zillenial mungkin memerlukan perubahan budaya organisasi yang lebih mendalam. 

Memberikan peluang kepada karyawan untuk mengoptimalkan potensi mereka tanpa terjebak dalam rutinitas tradisional akan menjadi kunci untuk mempertahankan talenta terbaik dari generasi ini.

Zillenial adalah generasi yang berkembang di tengah kemajuan teknologi dan informasi yang cepat. Mereka cenderung mencari keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan, serta memiliki harapan tinggi terhadap gaji meskipun dengan usaha yang lebih sedikit. 

Karakteristik ini mencerminkan pergeseran nilai-nilai dalam dunia kerja. Meskipun sering dikritik, Zillenial tetap menjadi motor penggerak inovasi dan efisiensi di berbagai sektor industri. Menyesuaikan diri dengan pandangan Zillenial menjadi tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan yang ingin tetap kompetitif di era ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun