“..Seorangintelektual harus mengetahui, memahami dan mengenal baik masyarakatnya. Apayang ia katakan ada sangkut pautnya dengan massa masyarakat. Bila masyarakat dibangunkan secara benar, dia akan dapat melahirkan pahlawan pahlawan yangcukup tangguh untuk memerintah dan membimbing masyarakat. Tanggung jawab pokokcendekiawan adalah menanamkan dalam alam berpikir publik semua konflik,pertentangan dan antagonisme yang ada dalam masyarakat.
Ada kesamaan antara AliSyariati dan Sayyid Qutb, mereka menempatkan wilayah ideologis dan teknis dalam spektrum yang sama, sehingga mampu menciptakan segala kebangkitan. Namun wilayah praktis pergerakan mahasiswa pada kondisi ini seakan-akan mereka mencari cara menyelamatkan diri, bukan ‘mati’ dalam perjuangan secara terhormat. seolah mereka mengalami rintangan psikologis yang mendalam untuk melakukan perjuangan yang mengakar.
Bila kita menyadari tanggung jawab kita kepada masyarakat maka pencarian makna egoisme perseorangan menjadi kehilangan makna. Namun pekerjaan rumah yang sampai saat ini belum selesai adalah upaya kesadaran tanggung jawab.
Paradigma KAMMI“Politik Ekstraparlementer juga sedikit demi sedikit mulai mengalami degradasiyang mencolok. Gejala ini juga sempat di alami oleh pergerakan mahasiswalainnya dalam kronologi waktu yang berbeda, sesuai pendewasaan dan trajektoriyang dilalui oleh gerakan sosial yang diusung oleh masing-masing aktor.
Teringat pada perkataan Tan Malaka bahwa:
“Mempercayai jalan parlementer yang tenteram, yakni meretas jalan kemerdekaan Indonesiadengan cara berebut kursi dalam dewan rakyat dan peminta-minta supaya diberikan kekuasaan politik, kita namai ‘percobaan untung-untungan’ yang menyesatkan.Percobaan ini hanya dapat dipikirkan secara teoritis dan praktis di dalam negeri jajahan yang mempunyai borjuasi bumi putra. Kerjasama yang jujur dengan golongan penjajah belanda di luar atau didalam dewan rakyat adalahpengkhianatan terhadap rakyat Indonesia.”
Secara kontekstual TanMalaka mencoba untuk memberikan upaya preventif bahwa tak semua perjuangan politik berbentuk partisan, maupun intraparlementer. Dengan begitu KAMMI hanyaperlu berbenah untuk teguh memegang prinsip oposisi.
SEBUAH APOLOGI
Mungkin bukan organisasi pergerakan yang selama ini membesarkan kita, karena didalamnya ada sebagian oportunis dan pecundang. Namun dengan adanya pemikiran,pertemanan dan pertemuan dengan realitas membuat nyali terpupuk lama, dengan nilai antusias kita organisir para rakyat, buruh, pesakitan dan perjuangan kebebasan kemanusiaan. Dimana orang susah disitulah kita berada. Kredo yang banyak dibunyikan, kobaran radikalisme, membuat idealisme kita awet hidup.
Namun proses dissosiatif dan apatisme serta krisis integritas mematahkan pilar-pilar gerakan kita.
Kader yang usang dalam organisasi kita tidak mempunyai lahan untuk bertumbuh, tidak juga memiliki buah dan akar yang dalam, secara skematis kader-kader gerakan ini memang produktif, namun pengangguran dalam agenda gerakan. namun kita sadari, mereka yang ingin berkiprah di partai, tergilas oleh politisi culas, mau dilingkungan LSM sayangnya terkena logika proyek yang matematis, mau tetap hidup di dalam dunia gerakan didesak oleh kebutuhan konkret. Itu yg membuat militansi tidak berumur panjang.Kompromi dengan kenyataan sosial, sama saja mengikuti alur logika yang kita kutuk selama ini.