Mohon tunggu...
Polem Denny
Polem Denny Mohon Tunggu... Jurnalis - Reporter Radio

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Asal Mula Pancasila dan Dokuritsu Junbi Cosakai

1 Juni 2022   13:14 Diperbarui: 1 Juni 2022   13:21 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanggal 1 Juni 2022, menjadi tahun ke empat peringatan Hari Lahirnya Pancasila.  

Sebelum itu bangsa Indonesia hanya mengenal Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober.

Lalu, seperti apakah sejarah Lahirnya Pancasila sebagai landasan dasar Negara Indonesia sampai kemudian dikenang menjadi hari khusus dan penting bagi bangsa Indonesia?

Berikut kajian dari Teuku Kemal Pasya, M.Hum, Dosen sekaligus pakar Ilmu Antropologi dari Universitas Malikussaleh (Unimal).

1 Juni telah ditetapkan menjadi Hari Libur Nasional berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 tahun 2016 .

"Oleh karena itu sejak tahun 2017, tanggal 1 Juni mulai menjadi hari libur nasional untuk memperingati hari lahir Pancasila", ungkap Teuku Kemal Pasya, menanggapi peringatan hari lahir Pancasila, Rabu (01/06/2022).

Nah, kalau kita lihat tentang bagaimana sejarah kemudian menjadi hari penting terutama di era pemerintahan Jokowi sebagai salah satu visinya dalam upaya mencoba merekonstruksi kembali sejarah bangsa secara benar.

Lahir dari buah perdebatan para sejarawan yang selalu melihat tentang adanya upaya politisasi ketika menjadikan 1 Oktober sebagai hari kesaktian Pancasila.

"Karena apa? Karena 1 Oktober itu digunakan sebagai upaya untuk pengawalan gerakan yang dilakukan oleh Mayor Jenderal Soeharto dalam menyelesaikan pemberontakan PKI. Saya kira itu yang kemudian menjadikan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila", ungkap Dosen Antropologi Unimal itu.

Tapi kemudian orang lupa harusnya ketika kita bicara tentang Pancasila, kita juga harus mengingat bagaimana latar belakang lahirnya Pancasila.


Banyak sejarawan seperti Marwan Adam menyebutkan bahwa yang harus diingat adalah ketika hari lahir Pancasila itu sendiri dan masuk dalam kegiatan Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau BPUPKI bahkan oleh penjajah kolonial Jepang disebut juga "Dokuritsu Junbi Cosakai" yang saat itu ditetapkan sebagai upaya untuk mempersiapkan kemerdekaan.

Nah, didalam rapat yang terjadi antara 29 Mei sampai 1 Juni tahun 1945 itu terdapat tiga pidato dalam rapat BPUPKI, yaitu pidato yang disampaikan oleh Dr. Supomo, kemudian pidato Mr. Muhammad Yamin, yang dikenal sebagai orang Minang yang lihay berpantun serta kalimat bersayap dalam pidatonya, dan pada hari terakhir tanggal 1 Juni, ada pidato yang disampaikan Presiden Soekarno.

Pidato Soekarno itu juga dikenal sebagai pidato tanpa teks dan ketika pidato dituangkan menjadi naskah transkrip panjang mencapai 17 lembar. Jadi, pidato yang agak panjang disampaikan Soekarno tanpa teks yang kemudian dari pidato yang berisi gagasan-gagasan itu kemudian disebut sebagai Falsafah Pancasila walaupun Supomo dan Muhammad Yamin juga menyampaikan gagasan yang mengekstraksikan lima konsep juga.

Namun istilah Pancasila itu sendiri kemudian dimunculkan dalam pidato Soekarno.

Yang perlu dilihat dalam latar belakang tersebut adalah rapat BPUPKI itu menetapkan bahwa istilah Pancasila menjadi dasar negara.

Kemudian pada tanggal 22 Juni 1945 itu rapat BPUPKI menetapkan pula Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Itu timnya ada 9 orang termasuk didalamnya ada Soekarno, Adi Kusno, H. Agussalim dan lain-lain. Mereka kemudian menyusun konsep Pancasila melalui Piagam Jakarta.

Pada saat itu, Sila pertamanya Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.

Lalu, konsep Pancasila itu dibawa ketika mendekati 17 Agustus 1945 dan pada 18 Agustus terjadi lagi rapat tim "The Founding Father" yang pada saat itu kelompok dari Indonesia Timur sudah meminta jika itu yang dijadikan dasar negara ini maka kami Indonesia Timur minta pisah sajalah, kami negara sendiri saja, karena negara yang mau dibangun ini tidak merangkum semangat Kebhinnekaan.

Pada saat genting itulah kemudian muncul sifat Negarawan dari Muhammad Hatta dan Mr Teuku Muhammad Hasan yang kemudian menjadi Gubernur pertama Sumatera, untuk merubah sila pertama itu menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Jadi begitulah sejarahnya yang kemudian dijadikan sebagai momentum 1 Juni itu adalah ketika Soekarno melakukan pidato di Komite BPUPKI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun