Lemari kecil dengan indahnya terpajang dipojok ruangan yang dipenuhi berbagai macam buah-buahan dan makanan kecil, kulkas satu pintu pun tak mau kalah gagahnya, yang terhiasi oleh beraneka ragam bunga, sofa, tv flat yang tergantung, ruangan itu penuh dengan kemewahan, sama seperti orang yang menghuninya.
Tak seperti biasanya cuaca pagi ini cerah, dalam ruangan 4 x 5 meter itu Yudha menjalani masa perawatan, seorang diri tanpa ada yang menemani, hanya selang infus, tabung oksigen yang menjadi sahabatnya saat-saat seperti itu. Terdengar ketukan pintu dengan ramahnya dan sesaat pintu pun terbuka, terlihat bocah mungil berlari menghampirinya "om yudha aku datang" dengar riangnya tanpa memperdulikan apa yang sedang terjadi, diikuti oleh seorang laki-laki tinggi semampai dan berparas keras. Clara berjalan mendekati jendela dan tangan mungil itu menyingkapkan tirai nya hingga sang surya dengan bebasnya melesat menghangatkan ruangan yang dingin "makasih ya clara" sambil mengangkat anak itu duduk di bibir pembaringan Yudha.
"om dha kapan cih 'ulangnya..aku kan a'u diajak 'alan 'agi...."
Rendra hanya bisa memandangi Yudha yang sedang terbaring sesekali memandang si kecil Clara "om yudha pulangnya nanti lara..dokter masih mau jaga om yudha disini.." Rendra sambil memegang punggung tangan anak kecil itu, tak terasa air mata pun menetes " om ndra kok 'angis....." celotehan anak kecil yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi, Rendra hanya mampu untuk tetap bisa tersenyum, walaupun menangis "engga kok sayang.."
Rendra adalah orang yang kuat dan tidak mudah untuk bisa mengeluarkan air matanya, kali ini Rendra mengelurkan air matanya semenjak Yudha dalam masa perawatan " iya lara nanti om Yudha juga bangun kok..kita jalan lagi bersama-sama, tapi kali ini om yudha harus istirahat disini dulu ya....."
# # # #
Hampir satu bulan Yudha menjalani masa perawatan, dan tanpa kesadaran. Obat pun tak berhasil membuat Yudha terbangun dari tidurnya, hanya Tuhan yang mampu menjawab, cerita apa lagi yang ada dalam rancanganNya, dokter hanya bisa membantu sekuat tenaga agar jantungnya tetap bekerja, Yudha harus mampu berjuang untuk melawan kanker darahnya.
Satu bulan waktu yang cukup panjang bagi kedua sahabat itu, mereka bersama semenjak bangku SMA, Rendra anak yang aktif di bidang olah raga khususnya basket, dan Yudha adalah anak yang lebih aktif di bidang sosial, mereka berteman karena memiliki satu visi yang sama, tentang kemanusiaan. Kebersamaan dan keakraban ini membuat mereka menjadi sahabat yang sulit untuk dipisahkan.
Setamat SMA, Yudha sudah menjadi yatim piatu, orang tuanya kecelakaan dalam perjalanan dinas ke luar kota. Beberapa tahun Yudha seorang diri dan hanya ditemani seorang pembantu. Hidup Yudha menjadi sepi, sesepi hatinya. Untuk mengobati hatinya, Yudha mengangkat Clara anak dari sepupu jauhnya, menjadi anak angkatnya.
# # # #
" dengan bapak Rendra saya berbicara....? "
" iya benar, saya Rendra sus..ada apa ya..? " dengan tergesa- gesa menjawab telepon dari suster yang merawat Yudha.
Bersama Clara, Rendra melesatkan mobilnya dengan cepat pergi kerumah sakit, karena suster yang merawat Yudha mengabarkan kondisi yudha terakhir. yudha plis lo harus kuat.. Clara yang duduk disampingnya hanya bermain dengan boneka barbie kesukaannya, tanpa mengerti apa yang terjadi.
Mobil memasuki lahan parkiran rumah sakit "DHARMAIS", cepat-cepat Rendra menggendong Clara sambil berlari kecil menuju ruang perawatan Yudha, tak sabar apa yang terjadi dengan Yudha. Sebelum keruangan Yudha, Rendra terlebih dulu menuju ruangan dokter yang merawat Yudha.
" gimana dok kondisi nya ??" dengan cemas Rendra menanyakan keadaan Yudha, Rendra pun sadar apa yang akan dikatakan dokter dia harus tetap tegar mendengarnya. " maaf mas, kondisi Yudha sudah sulit untuk kita tolong, sebaiknya kita lihat kondisi Yudha". mereka lekas meninggalkan ruangan doketer menuju ruang perawatan Yudha dengan langkah sedikit dipercepat.
Sesampainya ruangan perawatan, disana sudah ada beberapa suster yang menjaga perkembangan Yudha, Rendra menghampiri Yudha yang masih tertidur dan memegangi tangannya, yudha gw yakin lo pasti bisa ngelewatin ini semua, kesekian kalinya air mata memaksa dirinya untuk keluar dari kelopak mata Rendra. Tak kuasa Rendra harus setia menemani Yudha menjalani setiap cobaan, Rendra yakin kali ini Yudha mampu untuk bisa melawan penyakitnya, tak lepas tangannya memegangi tangan Yudha yang semakin dingin. Tapi dugaannya salah, alat detak jantung Yudha sudah menunjukkan garis lurus, dokter bersama suster sekuat tenaga untuk mengembalikan detak jantungnya, tapi usaha dokter terlihat sia-sia, Yudha memang sudah mau kembali ke sang Pemilik.
Rendra tak kuasa menahan kesedihan, dia mengangkat Clara dan memperlihatkan Yudha yang sudah tertidur dengan damai, Clara yang masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengan Yudha " on ndra knapa ?" Rendra tidak bisa menjawab hanya tak kuasa menahan air mata yang terus membobol benteng pertahanan matanya.
Ruang perawatan menjadi penuh kesedihan, suster-suster melepaskan semua alat2 perawatan yang masih menempel pada tubuh Yudha, Rendra hanya bisa terpaku duduk terdiam di sofa yang empuk, sementara Clara masih asik bermain dengan barbienya.
# # # #
Seminggu setelah kepergian Yudha, kembali rumah itu menjadi sepi, sama seperti beberapa tahun yang lalu, kini hanya tinggal mbok Nah, Clara dan Rendra yang semenjak lama sudah tinggal bersama Yudha. Bingkai-bingkai foto Yudha masih tersusun indah di pojok-pojok ruangan, dinding, dan Rendra tidak mau bergeser sedikitpun bingkai-bingkai itu dari tempatnya, terutama kamar pribadi Yudha.
Rendra yang sedang melamun di halaman belakang masih belum percaya Yudha telah tiada,mbok Nah menghampiri Rendra yang sedang terduduk diam memandangi taman belakang rumahnya dan memberikan sepucuk surat dari Yudha, 2 hari sebelum dirinya masuk rumah sakit.
" mas ini ada surat dari mas Yudha, waktu belum masuk rumah sakit..."
" surat apa mbok...?
" tidak tau mas, mas Yudha cuma pesen kasih ini kalo mas yudha udah enggak ada...."
" ...oh ya udah mbok, makasih ya..."
Rendra pun membuka surat itu dan membaca nya dengan seksama.
"untuk Rendra
ndra, gw sebelumnya makasih banget lo dah mau baca surat gw...
makasih banget kalo lo dah mau tinggal sama gw, dan kita sama2 jaga Clara
lo tau kan kalo gw sayang banget sama clara, semenjak bonyok gw dah ga ada
cuma clara yang bisa isi hari2 gw.
dan satu hal ndra, lo ga usah repot2 pergi dari rumah gw ini ya, karena gw dah
serahin semuanya atas nama Clara, dan elo sebagai wali nya dia, yang secara
langsung lo juga memiliki apa yang gw punya sekarang, sampai Clara dewasa.
gw mau titipkan rasa cinta dan sayang gw sama Clara, dan gw mau titipkan Clara
sama lo karena gw yakin, elo bisa jaga clara.
Gw juga mau minta maaf kalo seandainya gw dah ga ada, kali ini gw harus mengaku
tapi gw bersyukur gw punya lo, Clara dan mbok nah yang selalu setia jaga gw,
kalah sama penyakit gw.
sekali lagi gw minta maaf ndra.
I love you Clara"
Rendra tak kuasa menahan air mata yang menetes dari kelopak matanya, Rendra merasa sangat kehilangan sahabatnya, dan berjanji dalam dirinya untuk bisa menjaga Clara dan membesarkannya. Rendra mengambil kunci mobilnya, dan pergi ke tempat peristirahatan Yudha yang terakhir, tanpa membawa Clara.
Dilihatnya nisan yang masih baru dan tanah yang masih basah, Rendra berjongkok di sebelah makan Yudha, hanya terdiam dan memandangi nisan sahabatnya.
Yudha gw janji di depan nisan lo untuk jaga Clara
  R I P
YUDHA PRATAMA ARDHI PUTRA
JAKARTA, 07 AGUSTUS 1984
  JAKARTA, 20 SEPTEMBER 2010
Â
*(S)rumpokoInput sumber gambar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H