Mohon tunggu...
Christianto DM
Christianto DM Mohon Tunggu... wiraswasta -

Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintahNya.. (Pkh 12:13a)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kalau Bukan Jokowi, Siapa Lagi?

2 Maret 2014   23:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:18 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih tentang pencapresan Jokowi yang seakan tidak pernah sepi dari perbincangan, mulai dari para elit politik hingga para pengojek di warung-warung kopi. Dari perdebatan sengit hingga obrolan sekedar mengisi waktu senggang. Siapapun dan bagaimanapun itu dibicarakan, tetap saja Jokowi bintangnya. Coba kalau itu tentang si Satria Bergitar atau si Sahabat Arya, adanya obrolan semacam dagelan pengering gigi semata. Tidak mutu bukan karena yangsiapa yang ngomong dan apa yang diobrolkan tentangnya, melainkan karena siapa dan apa yang diobrolkan tentang "bintangnya" yang ora mutu tenan.

Sebenarnya mereka semua, termasuk Pak Jokowi, punya kualitas masing-masing. Tapi, kalau soal CAPRES, survey membuktikan, Pak Jokowi memang top markotop. Bagaimana dengan balon-balon lain? Mutu mereka mungkin terjamin, tapi sepertinya untuk entertainmen saja. Dan soal capres ini bukanlah soal siapa paling ganteng atau "masih punya kejantanan",  atau bisa menghibur penonton, ataupun bisa menyenangkan hati sekelompok orang yang berhaluan keras namun tidak berwawasan kebangsaan. Sudah lama bangsa ini membutuhkan figur seorang pemimpin yang berani menentang golongan penguasa serakah, yang tegas terhadap kawanan tikus-tikus buncit koruptor sekaligus bersih dari perbuatan serupa itu. Bangsa yang majemuk ini membutuhkan figur yang sungguh paham arti kebhinnekaan yang sebenarnya merupakan aset berharga dari negara tercinta ini. Bukan sekedar menghapalkan kelima sila Pancasila, namun sungguh mengamalkannya yang bisa tampak oleh masyarakat luas. Menerima Ahok sebagai wakilnya dalam pencalonan Gub/Wagub DKI lalu adalah bukti yang tegas menunjukkan itu. Pak Jokowi tidak takut kehilangan pendukung ataupun menurun popularitasnya meski selalu dan selalu diterpa isu SARA sebagai akibatnya. Itukah pencitraan? Entah bagaimana anda melihatnya. Namun, "kasus Jokowi-Ahok" merupakan satu bukti nyata dari sekian banyak lainnya bahwa Pak Jokowi bukan karakter yang suka curhat di media massa apalagi senang digembar-gemborkan prestasi dan kinerjanya demi popularitas. Sebagaimana Pak Jokowi tidak ambil pusing dengan kritikan-kritikan pedas terhadapnya dan terus fokus pada pekerjaannya, Pak Jokowi juga tidak melarang para "Jokowers" untuk "terus memujanya". Toh, itu hak masing-masing kita. Mulut, ya mulut kita. Mau bilang apa, suka-suka kita juga. Pak Jokowi, dengan stylenya yang khas, sepertinya tidak ambil pusing apa dampak dari semua itu, bahkan meski bagi beberapa pengamat hal tersebut bisa menjatuhkan popularitasnya. Beliau tetap aja blusukan, banjir atau tidak, mendekati pemilu atau tidak, situ senang atau tidak. Ya, suka-suka Pak Jokowi. "Saya mau KERJA..." jawabnya singkat.

Bukan berarti dari sekian ratus juta warga negara Indonesia atau dari sekian banyak negarawan hingga kader dan simpatisan PDIP tidak ada yang pantas untuk menjadi pemimpin bangsa ini sehingga Jokowi menjadi satu-satunya capres yang nampaknya paling menyita banyak perhatian bangsa ini. Hanya saja, kemunculan figur beliau, dengan integritas karakter dan prestasi kerjanya yang sudah bisa dibuktikan sendiri, sepertinya memang berada di tempat dan waktu yang tepat. Itu seperti mengatakan bahwa negara ini memiliki banyak seniman hebat namun tidak semuanya berkesempatan untuk menjadi terkenal hingga akhir hayatnya. Faktor "x", bisa berarti keberuntungan. Bisa "rejeki", dan bisa juga dipercayai sebagai "kehendak-Nya". Apapun itu diartikan, tidak menutup fakta bahwa Pak Jokowi memang memiliki sesuatu yang sangat dan paling dibutuhkan oleh bangsa ini, kini, di saat ini. Polesan make-up bisa memaknai strategi pencitraan, namun dapat menjadi boomerang yang berbalik menghantam diri sendiri nantinya bila memang semua hanyalah imej yang dibentuk dengan kebohongan semata. Kalau orangnya sudah cantik, sedikit bedak yang luntur tidak bisa mengambil kecantikannya itu dari dirinya. Dan Pak Jokowi tidak memerlukan itu. Sebaliknya, Pak Jokowi perlu make-over tatanan pemerintahan di negara ini agar bangsa ini terbebas terutama dari lingkaran preman berdasi yang mengatasnamakan rakyat dan kelompok tertentu demi kepentingan pribadi dan golongannya.

Kalau bukan Jokowi, siapa lagi yang pantas memimpin bangsa ini kini? Ya, memang ada banyak figur atau tokoh bangsa kita kini yang juga pantas dan layak untuk itu. Namun, seperti yang sudah-sudah, yang bisa dilihat dari prestasi beliau selama menjadi pejabat negara di beberapa daerah dan kesempatan, hanya Jokowi yang sudah jelas membuktikan bahwa kinerja bukanlah sekedar omong doang. Kerja keras yang disertai ketulusan, kejujuran, kesederhanaan, ketegasan, pula jiwa kebangsaan yang tinggi, adalah contoh nyata dan teladan yang baik bagi mereka yang ingin bersaing dengan beliau nantinya. Cukuplah bagi "mereka-mereka itu" untuk belajar dari Pak Jokowi demi pilpres di masa-masa mendatang, di masa-masa PASCA era-Jokowi. Karena kini saatnya bagi Jokowi untuk membenahi bangsa dan negara kita tercinta ini. Apa yang sudah dilakukan oleh Pak Jokowi itu, mengingatkan saya pada satu perkataan Yesus:

Luk 16:10  "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.

Sederhana saja. Jika Pak Jokowi sudah membuktikan diri SETIA dan BENAR menjadi kepala daerah, maka beliau juga (akan) SETIA dan BENAR menjadi kepala negara.

Dan, Pak Jokowi memang paling pantas untuk menjadi RI 01 pasca era curhat-curhatan karena beliau jelas didukung oleh partai nasionalis yang sudah sangat berpengalaman dalam kancah perpolitikan di negara ini. Itu adalah salah satu kekuatan politik yang sangat diperlukan oleh Pak Jokowi di dalam sistem pemerintahan yang dianut oleh bangsa ini. Karena itu, kalau bukan Jokowi, siapa lagi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun