Geliat pembangunan kota Jakarta belakangan ini cukup membanggakan bagi saya sebagai satu dari sekian juta penduduk Jakarta. Meskipun dalam prosesnya tentu saja diwarnai dengan berbagai macam peristiwa like and dislike, suka dan tidak suka. Itu adalah bagian dari sebuah proses menuju perbaikan. Termasuk diantaranya adalah ekses kemacetan di banyak titik titik pembangunan sarana transportasi yang sedang ditata, dan juga ribut ribut penggususran saat penataan areal pemukiman yang seringkali menjadi headline media dengan berbagai macam bumbunya. Dari sekian banyak titik yang sedang berproses, RTH yang menjadi Public service area termasuk dalam agenda utama Pemerintah DKI Jakarta, beberapa diantaranya sedang dalam proses pebangunan dan waduk pluit adalah salah satu contoh nyata dari keberhasilan pemerinta DKI Jakarta untuk mewujudkan sebuah konsep RTH yang menjadi Public service area.
[caption caption="pic source :www.m.infonitas.com"][/caption]
Dan tentunya masih banyak lagi ruang publik yang sedang digarap oleh pemerintah DKI Jakarta. Terbersit dalam pikiran saya sebagai seorang penikmat seni budaya, Alangkah baiknya apabila dalam pengelolaanya Publik service area ini dapat juga dimanfaatkan sebagai ruang apresiasi seni budaya sebagai ajang hiburan bagi masyarakan sekaligus menjadi wadah bagi kreatifitas seni dan budaya yang dikreasikan oleh masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat sekitar, sanggar sanggar seni budaya  dan disupervisi oleh instansi terkait, maka RTH atau taman taman kota ini akan lebih sarat manfaat. Tentunya dengan tata cara dan aturan main yang jelas dan saling bersinergi untuk tetap menjaga kebersihan, keasrian dan keindahan dari RTH yang sudah dibangun oleh pemerintah.
Pembangunan sarana dan infrastruktur memang sangat diperlukan sebagai barometer kemajuan pembangunan dan ekonomi dari sebuah kota dan sebuah negara. Tetapi lebih dari itu, pembangunan mental dan sumber daya manusia juga tak kalah pentingnya. Seni, budaya dan kreatifitas mengambil bagian penting dalam pembangunan Sumber daya manusia, karena seni, budaya dan kreatifitas merupakan satu bahasa universal yang mudah dicerna oleh manusia. Banyak pesan pesan moral yang dapat disisipkan dalam sebuah pertunjukan seni budaya dan kreatifitas. Keberadaan Taman kota atau Publik service area adalah tempat yang tepat untuk menyampaikan pesan moral guna membangun kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan dan berbagai issue issue tentang program pemerintah yang ingin disosialisasikan kepada masyarakat.
Mengkolaborasikan agenda tersebut dengan seni budaya dan kreatifitas di taman kota  akan menjadi cara komunikasi yang persuasif sekaligus mudah diterima oleh masyarakat. Selain itu, keberadaan taman kota juga menjadi lebih hidup dan bermanfaat bagi masyarakat. Apalagi untuk Jakarta yang merupakan sebuah kota Multi kultur, diperlukan sebuah ruang apresiasi yang besar dan merata untuk dapat mewadahi kreatifitas seni budaya untuk masyarakatnya. Saat in, banyak sekali sanggar sanggar seni, budaya dan kreatifitas di Jakarta yang sulit mengekspresikan diri. Dibutuhkan kehadiran pemerintah untuk dapat menyediakan ruang apresiasi bagi para seniman, budayawan dan kawula muda untuk dapat unjuk diri dan membangun mental mereka untuk mengukir prestasi.
Indonesia adalah sebuah negara besar dengan keanekaragaman budaya. Dan Jakarta adalah miniatur budaya Indonesia itu sendiri. Bisakah kehadiran taman kota Jakarta dimanfaatkan sebagai Showcase budaya...? Saya berharap banyak kepada kebijakan para pemangku jabatan, Bpk Gubernur DKI Jakarta Basuki Cahaya Purnama / A Hok dan jajaran untuk dapat memberi perhatian khusus bagi pertumbuhan budaya di Jakarta sebagai Kota Multi kultur.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H