Mohon tunggu...
Abu Ibrahim
Abu Ibrahim Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar

So many people who love you. Don't focus on the people who don't. My Team Ny. Nur Vita With Ibrahim, Aryn dan Kahfi

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Menjadi Kupu-kupu

17 Mei 2020   23:35 Diperbarui: 17 Mei 2020   23:51 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : liputan6.com

Bismillahirrahmanirrahim


Alhamdulillah kita semua masih diberikan kesehatan untuk menulis di samber hari ke 21. Loyo, letih, suntuk dan jenuh selama Work From Home (WFH) bisa teratasi karena ikut nulis Samber Kompasiana. 

Menjadi bagian keluarga Kompasiana yang baru saja lahir, di suruh menulis tausyiah, kayaknya seperti menabur garam di lautan.

Nasehat-nasehat baik di dalam artikel di Kompasiana terus bermunculan mengisi hari-hari saya. Dalam 5 menit saja, Kompasiana menayangkan lebih dari 1 artikel yang syarat dengan pesan baik. Hal ini yang mendorong saya untuk terus memperbaiki diri (Muhasabah) dan bisa menjadi konsep " Fafirru Ilallah " kembali ke jalan Allah.

Penulis yang budiman sudah barang tentu menulis bertujuan menyebarkan pengetahuan sebagai upaya menghadirkan kebaikan untuk sesama. 

Ini yang menjadi dasar saya untuk terus mengambil pesan baik dari artikel-artikel Kompasianer budiman. Bukankah yang baik datangnya dari Allah dan yang buruk datangnya dari diri sendiri?

Dan luar biasanya lagi, artikel-artikel bermanfaat terus tayang memberikan energi positif ditengah wabah penyakit yang semakin meluas. Menumbuhkan semangat dan menghidupkan rasa.

Ramadan sudah hampir dipenghujungnya, tidak terasa memang sambil menulis dan beraktivas di rumah, rupanya sudah hampir di garis finish. 

Di Ramadan kali ini menurut saya, kita betul-betul disuruh berhibernasi untuk menyadari apa yang terjadi. Situasi yang tepat untuk mendekatkan bahkan berlari KepadaNya dan inilah peluang menanggalkan sifat buruk dan perbuatan jelek.

Dan bayangkan sudah berapa lama kita dirumah dan terus ber zikir kepada sang ilahi sebagai permintaan dijauhkan dari marabahaya yang mengancam untuk kita dan keluarga. Ini menjadi itikaf kita menyadari keterbatasan dari penyelesaian persoalan yang ada.

Di jalanan sudah tak terlihat lagi senyuman, orang-orang banyak bersikap berdiam diri karena semua orang tertutup dengan masker. Hanya dirumah lah kita mendapatkan senyuman hangat dari keluarga. 

Ini sebagai pengingat kembali bahwa keluarga tempat kembalinya kita dari semua perjalanan kehidupan. Maka berkasih sayang dengan keluarga menjadi hidup kembali.


Rasullah bersabda :
"Setiap anak Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang (mau) bertobat." (Hadits dari sahabat Anas bin Malik z, dan dinyatakan hasan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2499, cet. al-Ma'arif)


Kita melewati begitu banyak tempaan ujian yang bisa menyadarkan kita dan membawa jalan kembali menuju jalan Nya. Untuk membentuk hamba yang taat dan merubah diri menjadi lebih baik. Meminta ampun dan tak mengulangi kesalahan, InsyaAllah.

seperti gambaran perubahan ulat menjadi kupu-kupu, bersayap indah disenangi orang-orang yang terbang mendatangi bunga-bunga untuk diminum. Bukan perubahannya ular yang hanya pergantian kulitnya saja.


Wallahu A'lam Bishawab

Tabik 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun