Jangan bertanya betapa banyak peluh ini menetes Bahkan perih kaki ini tergores belukar duri Kaki ku telanjang , tak bersepatu karena aku tak ingin sepatu ku koyak Dan itu berarti setahun lagi aku dibelikan sepatu oleh bapak. Jangan bertanya betapa banyak bukit dan sungai yang harus ku lalui Ketika hujan datang aku harus berteduh di rerimbunan pohon yang sudah semakin jarang Tetapi kamu boleh bertanya Untuk apa aku lalui semua itu Ilmu…..! Demi ilmu aku berkilometer datang menghampiri bangunan tua ini Bangunan yang telah terantuk jaman hingga atap dan tiang mulai retas di makan rayap Bangunan dimana sebuah papan tulis berdiri kokoh di tengah ruangan yang tak berbangku Huruf demi huruf Angka demi angka Tertulis bersama debu dari kapur tulis yang seringkali tak ada Bersama satu-satunya guru yang masih setia Membagi kepada kami Ilmu Membagi kepada kami kearifan hidup Membagi kepada kami semangat Bahwa kesulitan yang menghadang tak akan pernah sanggup menghilangkan dahaga ilmu Kami datang demi Ilmu Demi asa yang tumbuh bersama bertambahnya ilmu kami Asa yang tak akan pernah hilang Asa yang selalu ada untuk esok hari. Banjarbaru, 07 Mei 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H