SUATU ketika, sufi cemerlang abad ini, al-Habib Ali al-Jufri ditanya, manakah yang lebih utama antara membangun masjid dan menolong orang miskin. Habib Ali menjawab, jika di suatu daerah masjid sudah ada dan sudah memadai, maka menolong orang miskin adalah yang utama. Akan tetapi jika masjid belum ada atau sudah ada tapi belum memadai, maka yang utama adalah melakukan keduanya; membangun masjid sekaligus menolong orang miskin.
Sehubungan dengan pendapat Habib 'Ali, mari kita simak cerita berikut.
Dalam pengembaraan ke gurun pasir untuk beribadah kepada Allah dan merenungkan kebesaranNya, sufi besar Ibrahim ibn Adham berjumpa dengan seorang musafir dan terlibat percakapan dengannya.
"Aku melihat ada cahaya kebaikan memancar dalam dirimu. Allah menyertaimu," ujar Ibrahim.
"Benar, Allah memang tengah bersamaku, wahai Ibrahim," jawab musafir itu.
"Dari mana kau tahu namaku," tanya Ibrahim.
"Aku tidak lagi bodoh sejak aku mengenal Allah"dalam sebuah hadist disebutkan, "Takutlah akan firasat orang mukmin, karena ia melihat dengan cahaya Allah."
"Bisa engkau tunjukkan bagaimana engkau bersama Allah," tanya Ibrahim lagi.
Musafir itu lantas menghadap kiblat seraya mengucap "Allah" dengan suara yang panjang, lalu tersungkur. Musafir itu meninggal.
"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un ... Gara-gara aku, seorang saleh, seorang wali Allah, meninggal dunia," gumam Ibrahim lirih.
Dengan penuh sesal, Ibrahim pergi mencari kampung terdekat. Kepada penduduk ia katakan, "Di sana ada orang saleh meninggal dunia. Tolong bawakan kain kafan dan pengawet. Kita harus ke sana untuk mengurus jenazahnya, memandikan, mengafani, menyalati, dan menguburkannya."