Mohon tunggu...
Komang Sumertawan
Komang Sumertawan Mohon Tunggu... Dokter - Tentang Saya

Orang Bali yang merantau ke Bali, senang dengan berbagai hal yang berkaitan dengan kesehatan, saat ini berprofesi sebagai dokter Ayurveda, mencari rejeki di Ubud; senang dengan segala hal yang berkaitan dengan komputer dan teknologinya walaupun saat ini tidak begitu aktif karena padatnya aktivitas pekerjaan; senang dengan aktifitas dengan kamera, walaupun kameranya jarang dipakai.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Cara India Memantau Warganya yang Sedang Karantina

30 Juli 2020   21:29 Diperbarui: 30 Juli 2020   21:29 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karantina, masker, hand sanitizer, cuci tangan, swab test, rapid test adalah hal yang sudah sangat familiar untuk kita saat ini. Hanya dalam hitungan waktu singkat tatanan kehidupan bermasyarakat berubah, tidak hanya di Indonesia, namun di seluruh belahan dunia yang terpapar covid-19. Salah satunya adalah India. Bahkan India menjadi negara yang termasuk ke dalam tiga besar negara dengan kasus covid-19 tertinggi.

Spesifik ke bagian istilah karantina, saya akan berbagi pengalaman karantina di India. Kebetulan saya saat ini sedang di karantina di India selama 14 hari dan tepat tanggal 1 agustus ini karantina saya akan berakhir.

Awal ceritanya saya di karantina adalah karena kakak dari salah satu rekan kerja saya di rumah sakit ternyata didiagnosis positif covid-19. Rekan kerja saya ini tinggal serumah dengan kakaknya, maka secara otomatis ia berinteraksi dengan kakaknya dan dengan keluarga lainnya.

Jika kakaknya positif covid-19, maka ada kemungkinan ia juga terpapar. Karena ia adalah rekan kerja saya, maka saya juga setiap hari berinteraksi dengannya, oleh karena itu ada peluang juga saya terpapar covid-19. Oleh karena itulah akhirnya saya di karantina. 

Sebenarnya tidak hanya saya, namun ada total 19 orang yang dikarantina. Sepuluh orang dari kami termasuk saya di karantina di blok residen mahasiswa S2 kampus tempat saya belajar. 

Jadi sejak hari itu kami resmi di karantina. Dua hari setelahnya kami melakukan swab test di "puskesmas"nya India. Kalau di sini disebut dengan Government Hospital.  Dari total 22 orang rombongan kami yang mengikuti swab test ada 4 orang yang dinyatakan positif covid-19, sedangkan hasil tes saya untungnya negatif. 

Keempat rekan saya yang hasil tesnya positif langsung ke dibawa ke rumah sakit penanganan covid-19 yang berada di distrik Chikmagalur namanya, yang jauhnya sekitar 3 jam perjalanan. Mereka dibawa kesana untuk di karantina di sana sejak hari itu juga dengan menggunakan ambulance. 

Rekan kerja saya yang kakaknya positif covid-19 ini juga dinyatakan negatif, termasuk ayah dan ibunya. 

O ya saat melakukan tes swab ini, prosedurnya dilakukan dengan sistem remot. Jadi saat kami sampai di rumah sakit untuk swab, pendataan peserta tes swab di data melalui telepon. Jadi nomor telepon kami sudah didaftarkan terlebih dahulu. 

Sebelum melakukan tes, satu per satu kami ditelpon oleh petugas kesehatan ditanyai tentang: 

Apakah memiliki penyakit darah tinggi

Apakah memiliki penyakit gula darah

Apakah sejarah sakit dalam beberapa hari belakangan, khususnya demam

Apakah sempat mengonsumsi obat-obatan dalam beberapa hari belakangan.

Serta yang tidak ketinggalan adalah konfirmasi nomor ponsel, nomor ponsel orang tua (jika masih sekolah) dan alamat tentunya.

Nah nomor ponsel inilah yang memiliki peranan penting bagi tim penanggulangan covid-19 di sini untuk memantau orang-orang yang sedang di karantina. Jadi orang orang yang sedang di karantina dipantau dengan gps di masing-masing ponselnya.

Jika  ada pasien melanggar prosedur karantina dengan keluar dari ruang karantina maka mereka langsung akan tahu.

Setiap hari ada petugas yang datang mengunjungi kami yang sedang dikarantina. Kunjungannya tidak bisa diprediksi, bisa pagi, siang, ataupun sore hari. Namun lebih sering datang pada siang hari. 

Petugas yang datang ini akan menanyakan kondisi kesehatan dan mengambil foto orang yang karantina. Entah untuk apa dia mengambil foto, mungkin sebagai bukti bahwa ia sudah melakukan tugas kelilingnya. 

Namun ia mengatakan bahwa foto tersebut langsung terupload ke aplikasi pemantauan orang-orang yang dikarantina.  

Mengenai pemantauan dengan GPS ini, sudah pernah terjadi kejadian sebelumnya dimana orang yang sedang karantina didatangi rombongan petugas penanganan covid-19 karena beberapa jam sebelumnya orang yang didatangi ini ternyata sempat keluar dari kamar tempat karantina pergi ke sebuah warung. Mau tidak mau ia mendapat teguran dari petugas.

Keesokan harinya ia masuk ke dalam berita di koran lokal. Diberitakan bahwa ia berkeliaran selama karantina. Padahal sudah jelas aturannya agar tidak keluar dari tempat karantina.

Dari contoh di atas, artinya orang-orang yang di karantina benar-benar dipantau lewat GPS. Apakah di Indonesia juga menggunakan metode yang sama dalam pemantauan orang-orang yang di karantina?

Semoga lebih baik ya metodenya.

Baiklah sekian dulu, jangan lupa untuk selalu kenakan masker saat beraktifitas, sering-sering 

cuci tangan, langsung mandi dan ganti baju saat pulang kerumah setelah beraktifitas di luar rumah, selalu gunakan hand sanitizer jika tidak ada tempat cuci tangan. Intinya selalu jaga kebersihan.

Salam sehat! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun